Hamburg – Politikus anti Islam sekaligus anggota parlemen Belanda,
Geert Wilders, Kamis (30/08), akhirnya membatalkan rencana lomba melukis
kartun Nabi Muhammad. Pembatalan itu setelah ia mengaku mendapat
ancaman pembunuhan.
Wilders sendiri mengumumkan niatnya menggelar lomba menulis kartun
Nabi Muhammad pada Juli lalu. Menurun rencana, lomba yang berhadiah
ratusan dolar itu digelar akhir tahun ini.
Namun Associated Press (AP) melaporkan pada Kamis bahwa Wilders telah
membatalkan kompetisi itu setelah menerima ancaman pembunuhan dan
kemungkinan pihak lain juga menjadi sasaran.
“Untuk menghindari bahaya korban kekerasan Islam, saya memutuskan
untuk tidak jadi menggelar kontes kartun,” kata Wilders seperti dinukil
AP.
Dalam pernyataan itu, Wilders mencatat bahwa ancaman tidak hanya menargetkannya “tetapi seluruh Belanda.”
Sehari sebelumnya, polisi Belanda mengumumkan penangkapan seorang
pria muda atas tuduhan merencanakan pembunuhan Wilders. Aksi itu
dilakukan atas kompetisi yang akan digelar Wilder.
Pria berusia 26 tahun itu diyakini sebagai orang Pakistan.
Pengumuman lomba menghina Islam ini telah memicu protes dan reaksi
marah dari dunia Muslim. Ribuan warga Pakistan turun ke jalan menyeru
pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda. Gerakan Taliban di
Afghanistan juga menyeru meluncurkan serangan menargetkan Belanda untuk
melawan penghinaan itu.
Selasa lalu, Organisasi Konferensi Islam (OKI) juga mengecam apa yang
digambarkan sebagai “rencana jahat” Wilders. Oki meminta pemerintah
Belanda mengambil langkah-langkah segera untuk mencegah kemarahan umat
Islam.
Wilders
memimpin partai politik terbesar kedua di Belanda. Partainya
memenangkan 20 dari 150 kursi di parlemen dalam pemilihan umum Maret
2017.
Baca Juga Indonesia kecam rencana kontes kartun Nabi Muhammad saw di belanda
Baca Juga Waspada Istidroj Semoga Kita Tidak Tergolong Istidroj
Baca Juga Indonesia kecam rencana kontes kartun Nabi Muhammad saw di belanda
Baca Juga Waspada Istidroj Semoga Kita Tidak Tergolong Istidroj
Sumber: Anadolu Agency
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar