Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Kajian KH. Maman Abdurrahman
menyarankan pihak keagamaan terkait untuk menghentikan pemurtadan atau
kristenisasi terhadap korban gempa di Nusa Tenggara Barat.
“Kita memang sedang dilanda musibah besar yaitu dengan adanya gempa,
tapi ternyata ada kelompok tertentu sudah menyalahi kesepakatan tentang
perlunya ada kebersamaan membangun Indonesia yaitu dengan tidak
mengganggu keyakinan keagamaan,” ungkap Maman Abdurahman di Gedung MUI,
Selasa (28/08/2018).
Mantan ketua umum Persis ini mengatakan, jika kristenisasi benar
terjadi, sudah seyogyanya pihak keagamaan terkait menghentikan kegiatan
tersebut.
“Kalau memang dari grupnya atau dari pihak keagamaanya melakukan
pemurtadan, minta mereka untuk menghentikan program pemurtadan atau
kristenisasi. Kalau mau membantu, bantulah tapi sebagai bangsa, satu
bangsa, walaupun bukan satu agama, satu tanah air yang perlu dibantu,”
ujar Ketua Dewan Penasihat Persis ini.
Maman mengaku MUI sangat tidak senang dengan adanya kabar pemurtadan
ini. Ia pun menceritakan tentang kasus Tsunami Aceh, di mana ditemui
banyak pemurtadan terhadap masyarakat miskin yang terkena bencana.
“Karena masalah makanan dan minuman, mereka pindah agama. Kita dalam
Islam itu sudah jelas tidak ada pemaksaan dalam agama, maka sebagaimana
yang sudah beredar di sosial media, itu sangat tidak dibenarkan,
memurtadkan apalagi mengajak pindah agama,” ujarnya.
Nanti dari MUI secara resmi akan disampaikan, bagaimana MUI harus menyampaikan terhadap pihak keagamaan terkait.
Ia
mengungkapkan, sebenarnya sudah ada kesepakatan antara pemuka agama di
Indonesia, untuk melakukan langkah bersama, tentang keberagaman
beragama.
“Sudah ada kesepakatan yang diadakan pihak Prof Din mengenai
pentingnya kebersamaan di Indonesia, jangan sampai ada permusuhan,
memang ada yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Di dalam Islam
tidak akan terjadi, karena dilarang, tidak ada paksaan, jika memang
tidak mau, ya sudah. Biarkan keyakinan masing-masing,” tegasnya.
Maman melanjutkan, memang dalam kondisi musibah bencana, selalunya
kekurangan bahan makanan. Terlebih lagi, dalam kasus NTB, pemerintah
belum menetapkan musibah ini sebagai bencana nasional.
“Kita tidak tau apa sebabnya tidak disebut bencana nasional. Tapi
yang terpenting, baik bencana nasional maupun bencana lokal orang perlu
dibantu, bantulah. Karena itu masyarakat muslim, ormas Islam, termasuk
di MUI melakukan hal-hal yang sangat diperlukan, tidak melihat agamanya
apa, tapi bagaimana sisi kemanusiaannya, apalagi jika dilihat aspek
agama, tolong menolonglah dalam kebajikan dan ketaqwaan, dan jangan
tolong menolong dalam kerusakan,” tegasnya.
Ia kembali mengatakan bahwa dalam agama Islam, bukan hanya manusia
saja yang ditolong, hewan dan tumbuhan juga ditolong. Sehingga
kedatangan relawan ke korban bencana adalah dalam rangka saling
tolong-menolong.
“Datang ke sana kan dalam rangka tolong menolong, kalau dalam Islam,
jangankan manusia yang ditolong tanpa melihat agama dalam sebuah bencana
atau musibah, binatang saja, kalau mau minum, kasih minum, kasih
makan,” pungkasnya.
MUI Akan Lakukan Kroscek ke Lapangan
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Din
Syamsudin menekankan pentingya etika dalam kerukunan beragama. Ia
menyarankan kepada seluruh pihak untuk tidak mengambil keuntungan dalam
bencana gempa di Nusa Tenggara Barat, termasuk soal keagamaan.
“Sebaiknya jangan dari kelompok agama yang menari di air keruh untuk
melakukan pemurtadan,” ungkap Din di Gedung MUI pada Rabu (28/08/2018).
“Pemurtadan itu bertentangan dengan etika kerukunan umat beragama
yang telah disepakati dalam musyarawah besar pemuka agama untuk
kemananan bangsa pada bulan Februari yang lalu,” lanjutnya.
Baca Juga , Masih Suka Minum Alkohaol ...? Alkohol Suber Permasalahan dan Penyakit
Baca Juga , Masih Suka Minum Alkohaol ...? Alkohol Suber Permasalahan dan Penyakit
Mantan ketua umum MUI ini mengungkapkan bahwa dirinya masih mencari
fakta tentang kristenisasi di Lombok yang sudah banyak beredar di sosial
media. Ia mengaku belum melihat langsung maupun mendapat informasi
terkait kristenisasi.
“Sebagai orang NTB, sudah dua tiga kali saya ke sana, saya belum
melihat langsung, belum mendapat informasi. Tapi sering terjadi ketika
bencana seperti ini, lembaga-lembaga kemanusiaan keagamaan dari
masing-masing agama datang untuk membantu,” ungkapnya.
Atas bantuan itu, Din mengungkapkan, sering terjadi kesan penyiaran agama tertentu terhadap korban bencana.
“Sering itu, tidak terelakkan, kesan seperti penyiaran agama, saya
sedang fact finding, apakah betul itu terjadi penyebaran agama tertentu
yang secara sistematis memanfaatkan keadaan pengungsi yang berkesusahan
itu untuk kemudian ditarik ke agamanya,” ungkapnya.
Baca Juga Punya Lidah Tapi Tak Punya Hati Nurani
Sumber Dari www.kiblat.net
Baca Juga Punya Lidah Tapi Tak Punya Hati Nurani
Sumber Dari www.kiblat.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar