Kalau
dirujuk kepada ayat Al-Qur’an, perlu kita baca ayat-ayat yang telah
memperingatkan dengan tegas, masalah wala’ (cinta, loyal) dan bara’
(lepas diri, benci).
] تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ !وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ[
“Kamu
melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang
kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan
untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan
kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada nabi
(Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (nabi), niscaya mereka
tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi
penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (al-Maidah: 80-81)
Ibn
Taimiyah berkata tentang ayat ini: “penyebutan jumlah syarat mengandung
konsekuensi bahwa apabila syarat itu ada, maka yang disyaratkan dengan
kata “seandainya” tadi pasti ada, Allah berfirman:
] وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ[
“sekiranya
mereka beriman kepada Allah, kepada nabi (Musa) dan kepada apa yang
diturunkan kepadanya (nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil
orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong”.
Ini
menunjukkan bahwa iman tersebut menolak penobatan orang-orang kafir
sebagai wali-wali (para kekasih dan penolong), tidak mungkin iman dan
sikap menjadikan mereka sebagai wali-wali bertemu dan bersatu dalam
hati. Ini menunjukkan bahwa siapa yang mengangkat mereka sebagai
wali-wali, berarti belum melakukan iman yang wajib kepada Allah, nabi
dan apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an)” (Ibn Taimiyah, Kitab
al-Iman, 14)
Wala’ dan Bara’ adalah hak Tauhid
Diantara hak tauhid adalah mencintai ahlinya, yaitu para muwahhidin, serta memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah berfirman:
] إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ ! وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ[
“Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman,
yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut
(agama) Allah itulah yang pasti menang..” (Al-Maidah: 55-56)
] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ[
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah
pemimpin sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka
sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” (Al-Maidah: 51)
] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ[
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu
menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya
mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka
mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah,
Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu
memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka,
karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan
dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang
melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang
lurus. “ (Al-Mumtahanah: 1)
Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang wajibnya loyalitas kepada orang-orang mukmin Dan memusuhi orang-orang kafir.
لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآْخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَِ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu
tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak
atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. “ (Al-Mujadilah : 22). (dari makalah AQIDAH WALA’ DAN BARA’ Oleh: Ust. Agus Hasan Bashari Lc, M. Ag).
Penegasan yang nyata juga ada di ayat-ayat:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (١٢٠)
orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk
(yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu. (QS Al-Baqarah: 120).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Ibrahim:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (٢٦)إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (٢٧)
“Aku
berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah
menciptakanku karena sungguh Dia akan memberikan hidayah kepadaku.” (Az-Zukhruf: 26-27)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman tentang Ibrahim ‘alaihissalam:
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي
“Aku akan menjauhi kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Rabbku.” (Maryam: 48)
Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam membenci sesembahan mereka dengan hatinya dan
menjelekkannya dengan lisan, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala
kabarkan bahwa Ibrahim berkata:
أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (٦٧)
”Celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah.” (Al-Anbiya`: 67)
Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam mengingkari mereka dan mengabarkan bahwa mereka
adalah kafir serta mengumumkan bahwa ia berlepas diri dari mereka,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan dalam surat
Al-Mumtahanah:
إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Kami
ingkar terhadap kalian, dan telah tampak antara kami dan kalian
permusuhan dan kebencian, hingga kalian beriman kepada Allah saja.” (Al-Mumtahanah: 4)
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memusuhi mereka dan menghancurkan sesembahan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ (٥٨)
“(Ibrahim) menjadikannya hancur berkeping-keping kecuali patung yang terbesar….” (Al-Anbiya`: 58)
Itulah
tuntunan Al-Qur’an mengenai kewajiban bara’ (lepas diri dan membenci)
pada kekafiran. Namun kini justru ada orang yang mengaku Muslim namun
sak karepe dewe (sesuka kemauannya) tidak mengikuti aturan Allah Ta’ala,
hingga menjadi contoh buruk di depan umat Islam dalam merusak aqidah
Umat Islam.
Perusakan
Islam oleh orang yang mengaku Islam bahkan tokoh, tampaknya diupayakan
oleh pihak non Muslim. Karena ada kata-kata: untuk menebang kayu maka
perlu pakai kayu. Yakini untuk menebang pohon, maka pakai kapak yang
tangkainya adalah kayu pula. Sehingga orang Islam yang kira-kira wala’
dan baro’nya sudah tidak jelas lagi itulah yang diincar oleh pihak
Nasrani dan lainnya untuk meruntuhkan aqidah Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar