Sudah
menjadi tabiat manusia untuk menyukai hiburan. Rutinitas dan beban
kehidupan menjadi faktor yang mendorong jiwa untuk mengupayakan
relaksasi. Karenanya, siapa pun orang yang meneliti satu kelompok
masyarakat, kapan pun dan di mana pun, akan menjumpai sarana hiburan
dan olahraga sebagai bagian dari kehidupan mereka.
BACA JUGA : Keberanian Nabi Musa Melawan Firaun dan Kesabarannya Terhadap Bani Israil
BACA JUGA : Keberanian Nabi Musa Melawan Firaun dan Kesabarannya Terhadap Bani Israil
Terlihat
ada kondisi kontras antara usia seseorang dengan kecenderungan terhadap
olahraga. Karena itu, olahraga pada generasi muda menempati posisi dan
penerimaan tersendiri yang berbeda pada kaum tua. Lantas, bagaimana
bentuk olahraga pada generasi muda sahabat?
Mari kita simak penuturan salah seorang dari mereka, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu lari antara kuda-kuda yang belum dikuruskan, jaraknya antara jalanan di lereng bukit hingga masjid Bani Zuraiq. Abdullah bin Umar sendiri biasa beradu lari menggunakan kuda yang belum dikuruskan tersebut.”
Mari kita simak penuturan salah seorang dari mereka, “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadu lari antara kuda-kuda yang belum dikuruskan, jaraknya antara jalanan di lereng bukit hingga masjid Bani Zuraiq. Abdullah bin Umar sendiri biasa beradu lari menggunakan kuda yang belum dikuruskan tersebut.”
Generasi
muda sahabat yang selalu rindu untuk ikut berjihad menyadari betul
bahwa persiapan dan latihan adalah sebuah keniscayaan. Karenanya, mereka
mematuhi wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَ لاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّ مْيُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّ ةَ الَّ مْيُ
“Ketahuilah, bahwa kekuatan itu ada pada melempar (anak panah). Ketahuilah, bahwa kekuatan itu ada pada melempar (anak panah).”
Kecenderungan mereka pada olahraga nabi juga terlihat pada kisah Salamah ketika ia meriwayatkan perang Dzi
Qird, “Ketika kami berjalan, ada seorang Anshar yang tidak bisa
didahului kecepatannya dalam berjalan. Ia berkata, ‘Tidakkah ada orang
yang beradu cepat sampai di Madinah denganku? Adakah orang yang bisa
mendahuluiku?’ Ia terus mengulangi ucapannya. Mendengar itu, aku
berkata, ‘Tidak adakah orang mulia dan terhormat yang kamu segani?’ Ia
menjawab, ‘Tidak ada, kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’
Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, ayah-ibuku menjadi tebusannya, biarkan
aku beradu cepat dengan orang ini.’ Beliau bersabda, ‘Jika kamu mau.’
Aku berkata, ‘Majulah.’ Aku tekuk kakiku lalu melompat dan berlari. Aku
hemat napasku, hingga (ia mendahuluiku) satu atau dua bukit, agar
nantinya aku tidak kehabisan napas. Kemudian, aku berlari di belakangnya
dengan tetap menghemat napas, hingga (ia mendahuluiku) satu atau dua
bukit. Lalu, aku percepat lariku, hingga berhasil menyusulnya tepat di
belakang tubuhnya. Akhirnya, aku berhasil mendahuluinya tiba di
Madinah.”
Begitulah,
olahraga dan program-program hiburan di kalangan generasi muda sahabat
berkaitan erat dengan tujuan-tujuan luhur sekaligus menjadi aset dan
bekal yang mendorong semangat dan kesungguhan. Bagi mereka, hiburan
adalah sesuatu yang bisa menghantarkan kepada tujuan mulia. Mereka
mengambil prinsip ini dari sabda Rasulullah,
لاَ سَبَقَ إِ لاَّ فِي نَصْلٍ أَوْ حَا فِرٍأَوْ حُفِّ
“Tidak
boleh (mengambil harta dari) perlombaan, kecuali dalam (perlombaan)
anak panah, binatang berkuku, dan binatang bertapak kaki.”
Manakala olahraga bagi mereka adalah sarana menuju tujuan mulia, maka mungkinkah olah ragatersebut menghalangi mereka dari menunaikan kewajiban atau menjalankan ketaatan?
Ketika
kita kembali mengarahkan pandangan pada masa sekarang dan sedikit
membuka lembar kehidupan generasi mudanya, maka kita akan menemukan
perbedaan mencolok antara olahraga di kalangan mereka dan di kalangan
pendahulu mereka, generasi muda sahabat. Betapa kuatnya sepak bola
mengikat hati pada penggilanya. Sepak bola merampas waktu-waktu berharga
mereka, dengan menontonnya, menyaksikan tayangan pertandingan, membaca
koran sebelum dan sesudah pertandingan, berdebat dan mendiskusikannya,
bergantinya emosi antara mendukung dan mencaci, serta menumpahkan
semangat untuk sesuatu yang tidak bersemangat. Apalagi, shalat-shalat
yang terabaikan serta munculnya perselisihan dan pertengkaran.
Kita
juga menjadi mengerti rahasia mengapa para musuh begitu gencar
mempromosikan kesibukan ini di kalangan generasi muda. Tujuannya adalah
memalingkan mereka dari permasalahan-permasalahan besar. Sudah saatnya
generasi muda umat mengkaji ulang biografi pendahulu mereka (salafush
shalih).
BACA JUGA : Sifat Fisik dan Akhlak Nabi Muhammda SAW.
Sumber: Biografi Generasi Muda Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, Zam-Zam, Cetakan 1, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar