PERANG HAMRO’UL ASAD
Peperangan ini termasuk bagian dari Perang Uhud. Oleh karenanya sebagian ulama menggabungkan pembahasan perang ini dalam rangkaian Perang Uhud.
Seusai Perang Uhud,
pasukan kafir Quraisy tidak langsung pulang ke Mekah, mereka berhenti
di Hamro’ul Asad dan bermaksud kembali menyerang kaum muslimin di
Madinah. Mereka merasa belum memperoleh kemenangan yang sempurna karena
tiga tokoh utama pemimpin kaum muslimin –Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr radhiallahu ‘anhu, Umar radhiallahu ‘anhu– masih hidup. BACA JUGA : 10 Macam Siksaan Wanita Di Neraka Jahannam
Tatkala
Rasulullah mengetahui bahwa musuh berhenti di tengah jalan untuk
kembali menyerang, maka beliau memerintahkan para sahabat untuk segera
menyusul dan mengejar mereka. Beliau mensyaratkan bahwa yang boleh
berangkat adalah para sahabat yang ikut berperang di Uhud adapun
orang-orang munafik tidak diperkenankan ikut. Maka bangkitlah para
sahabat dalam keadaan kepayahan, rasa sakit dan luka-luka demi menyambut
panggilan Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman menggambarkan keadaan
mereka:
“Orang-orang
yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka ditimpa
musibah luka-luka, bagi yang berbuat baik di antara mereka dan bertakwa
mendapat pahala yang besar.” (QS. Ali-Imron: 172) BACA JUGA :Sejarah Nabi Muhammad SAW Dalam Perang Mut'Ah
Di
Hamroul Asad orang-orang kafir Quraisy menakut-nakuti kaum muslimin
dengan mengirim seseorang untuk menyampaikan kepada para sahabat bawha
Quraisy telah bersatu padu mengumpulkan bala tentara untuk menyerang
kalian maka waspadalah dan hendaknya kalian takut terhadap kekuatan
mereka. Akan tetapi para sahabat tidak gentar sedikit pun bahkan semakin
bertambah keimanan mereka dan semakin yakin akan datangnya pertolongan
dan kemenangan dari Allah. Firman Allah:
“Orang-orang
yang dikatakan kepada mereka sesungguhnya manusia telah berkumpul untuk
menyerang kalian maka takutlah kepada mereka akan tetapi mereka
menjawab cukuplah Allah penolong kami dan Dia sebaik-baik penolong.” (QS. Ali Imron: 173)
Tatkala
orang-orang kafir Quraisy mendengar bahwa Rasulullah dan para sahabat
menyusul dan mengejar untuk menyerang mereka, maka mereka takut dan
segera mereka berangkat pulang menuju Mekah. Itulah rasa takut yang
meliputi tentara Iblis yang tidak memiliki kekuatan mental sedikit pun
padahal sebelumnya mereka menakut-nakuti kaum muslimin dengan bala
tentaranya yang besar.
Kaum
muslimin tinggal di Hamro’ul Asad selama tiga hari. Mereka tidak
menemukan musuh. Mereka pulang ke Madinah dengan membawa kemenangan dan
rampasan perang. Setelah itu kedudukan kaum muslimin di Jazirah Arab
makin disegani. Itulah firman Allah:
“Lalu
mereka kembali dengan membawa kemenangan dan nikmat dari Allah berupa
rampasan perang sedang mereka tidak ditimpa kejelekan sedikitpun berupa
luka dan mereka mengikuti ridho Allah dan Allah memiliki keutamaan yang
sangat besar.” (QS. Ali Imran: 174)
Sesungguhnya keluarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama
pasukan kaum muslimin ke Hamro’ul Asad merupakan bukti yang sangat
besar yang menunjukkan kesempurnaan beliau, keberanian, ketabahan, dan
kesabaran serta tidak menyerah atau menunjukkan rasa lemah dan kalah
kepada musuh sedikit pun. Kejadian itu juga merupakan bukti bagusnya
siasat beliau dan juga keutamaan para sahabatradhiallahu ‘anhu,
mereka taat dan sabar dalam memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya
tanpa sedikit pun merasa keberatan padahal mereka masih dirundung
musibah kekalahan, sakit, luka-luka, rasa takut, hilangnya kewibawaan
mereka di mata musuh dan penderitaan. Maka mereka berhak menjadi
wali-wali pilihan kekasih Allah.
PEPERANGAN SETELAH UHUD
Dua peperangan dahsyat yakni Perang Badar dan Perang Uhud telah berlalu, namun perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiallahu ‘anhum belum berakhir. Bahkan ini merupakan awal dari perjuangan beliau karena tugas mulia, jihad fi sabilillah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat sekitar 8 tahun setelah dua perang tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendakwahi dan memerangi manusia sampai mereka masuk Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan rezeki beliau di bawah naungan pedangnya berupa harta rampasan perang yang disebut ghanimah atau fai.
Orang-orang kafir pun bertambah marah, tersiksa, dan dengki. Sebab
harta yang mereka kumpulkan jatuh ke tangan kaum muslimin. Bahkan jiwa,
anak, dan istri mereka menjadi budak yang diperjualbelikan oleh kaum
muslimin sehingga menjadi sia-sia usaha mereka dunia dan akhirat.
Orang-orang kafir ingin hidup aman dan bahagia di atas kekafiran, tanpa tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
menghendaki hidup seperti itu. Akibatnya mereka hidup di atas
kegoncangan, ketakutan, dan tidak aman dari pedang-pedang kaum muslimin.
Sebab, satu-satunya kebahagiaan, keamanan, dan keselamatan di dunia dan
akhirat adalah tauhid dan berpegang teguh dengan Islam. Hal ini juga
karena bumi diwariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum mukminin dan tidak diwariskan kepada orang-orang kafir.
Jika
ada pertanyaan, apakah benar orang-orang kafir memiliki hak hidup atau
hak asasi? Jawabannya adalah benar. Mereka memiliki hak hidup atau hak
asasi yaitu berupa makan, tidur, bekerja, menikah, bersenang-senang, dan
lain-lain. Namun hak hidup (baca: hak asasi manusia) mereka yang
demikian itu seperti hak hidupnya hewan. Adapun hak kebahagiaan,
keselamatan, dan keamanan, mereka tidak berhak memperolehnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan
orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti
makannya binatang, dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)
Seandainya
hidup mereka sekadar menyerupai hewan maka sungguh ia merupakan
kehinaan yang tiada tara. Lantas bagaimana dengan balasan di akhirat
yaitu adzab api neraka sebagaimana disebutkan dalam akhir ayat di atas:
“…dan neraka tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12)
DELEGASI ABU SALAMAH
Kekalahan kaum muslimin pada Perang Uhud berdampak negatif terhadap kaum muslimin karena musuh bertambah semangat memerangi Madinah.
Pada akhir tahun ke-3 hijriah, sampailah berita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
Bani Asad yang dipimpin oleh Thulaihah bersekongkol dengan Bani Hudzail
yang dipimpin oleh Khalid bin Sufyan untuk menyerang Madinah.
Sebagai tanggapannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim 150 pasukan perang dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang dipimpin oleh Abu Salamah radhiallahu ‘anhu dan
menyerang musuh secara tiba-tiba di mata air milik musuh hingga mereka
lari kocar-kacir. Para sahabat pun pulang ke Madinah dengan membawa
harta rampasan perang. Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abdullah bin Unais radhiallahu ‘anhu untuk membunuh Khalid bin Sufyan. Maka Zaidradhiallahu ‘anhu pun berangkat dan membunuhnya sebelum Khalid bergerak bersama pasukannya menuju Madinah.
BACA JUGA : Kain Kafan Pemuda Shalih Yang Bikin Terkejut Para Tabiin dan Orang Orang Islam
BACA JUGA : Ternyata Ali Bin Abi Tholib Pernah Berdakwah Sampai di Garut Jawa Barat
BACA JUGA : Potret Kasih Sayang Rosulullah S.A.W.
BACA JUGA : Tafsir Ibnu Katsir Surat Alfatekhah ayat 7
BACA JUGA Manfaat Tokek Bagi Kesehatan dan hukumnya Bagaimana ...?
BACA JUGA : Alasan MUI Sumbar Tolak Konsep Islam Nusantara
BACA JUGA : Bagaimana Sifat Fisik dan Akhlak Nabi Muhammda SAW.
BACA JUGA : Jangan Menghina Dan Meremehkan Orang Dan Jangan Sombong
BACA JUGA : Ternyata Ali Bin Abi Tholib Pernah Berdakwah Sampai di Garut Jawa Barat
BACA JUGA : Potret Kasih Sayang Rosulullah S.A.W.
BACA JUGA : Tafsir Ibnu Katsir Surat Alfatekhah ayat 7
BACA JUGA Manfaat Tokek Bagi Kesehatan dan hukumnya Bagaimana ...?
BACA JUGA : Alasan MUI Sumbar Tolak Konsep Islam Nusantara
BACA JUGA : Bagaimana Sifat Fisik dan Akhlak Nabi Muhammda SAW.
BACA JUGA : Jangan Menghina Dan Meremehkan Orang Dan Jangan Sombong
Sumber: Majalah Al-Furqon Edisi 11 Tahun ke-9 1431 H/2010 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar