SIFAT FISIK DAN AKHLAK RASULULLAH
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lain
daripada yang lain karena kesempurnaan penciptaan fisik dan akhlaknya,
yang tidak cukup hanya digambarkan lewat kata-kata. Akibatnya, semua
hati pasti akan mengagungkan dan menyanjungnya, dengan sanjungan yang
tidak pernah diberikan kepada selainnya. Orang-orang yang pernah hidup
berdekatan dengannya pasti akan mencintainya, tidak peduli apa pun yang
bakal menimpa mereka. Hal ini terjadi karena memang kesempurnaan diri
beliau yang tidak pernah dimiliki siapa pun. Berikut ini akan kami
paparkan ringkasan beberapa riwayat yang menejlaskan keindahan dan
kesempurnaan fisiknya yang tentunya penjelasan ini pun masih sangat
terbatas.
KEINDAHAN FISIK RASULULLAH
Ummu Ma’bad Al-Khuzaiyah pernah berkata tentang diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia menggambarkan beberapa sifat beliau di hadapan suaminya, saat
beliau lewat di kemahnya dalam perjalanan hijrah ke Madinah, “Dia sangat
bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya, tidak merasa berat
karena gemuk, tidak bisa dicela karena kepalanya kecil, elok dan tampan,
bagian hitam matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, tidak
mengobral bicara, lehernya panjang, matanya jelita, memakai celak mata,
alisnya tipis, memanjang dan bersambung., rambutnya hitam, jika diam dia
tampat berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, dia adalah orang
yang paling elok dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis
setelah mendekat, bicaranya manis, rinci, tidak terlalu sedikit dan
tidak terlalu banyak, bicaranya seakan-akan merjan yang tertata rapi dan
landai, perawakannya sedang-sedang, mata yang memandangnya tidak lolos
karena perawakannya yang pendek dan tidak sebal karena perawakannya yang
tinggi (badannya), seakan satu dahan di antara dua dahan, dia adalah
seorang dari tiga orang yang menarik perhatian, paling bagus
tampilannya, mempunyai rekan-rekan yang menghormatinya, jika beliau
berbiacara mereka menyimak perkataannya, jika beliau memberikan
perintah, mereka bersegera melaksanakan perintahnya, dia orang yang
ditaati, disegani, dikerumuni orang-orang, wajahnya tidak membereggut
dan tidak pula orang yang diremehkan.”
BACA JUGA : Bagaimana Perilaku Setan Menyesatkan Manuasia
BACA JUGA : Bagaimana Perilaku Setan Menyesatkan Manuasia
Ali bin Abi Thalib juga berkata menyifati diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek,
orang yang berperawakan sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak
pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya
sedikit bulan (oval), bola matanya sangat hitam, bulu dadanya lembut,
tidak ada bulu-bulu di badan, telapak tangan dan kakinya tebal, jika
berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun (cepat),
jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada
cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, telapak tangannya yang terbagus,
dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling
memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paing mulia
pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandanganya tentu segan
kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya.”
Kemudian dia berbicara lagi, “Aku tidak pernah melihat orang yang
seperti beliau, sebelum maupun sesudahnya.”
Dalam
sebuah riwayat darinya disebutkan, “Kepalanya besar, tulang-tulang
sendirnya besar, bulu matanya panjang, jika berjalan seperti sedang
berjalan di jalanan yang menurun.”
Jabir bin Samurah berkata, “Mulutnya besar, matanya lebar dan tidak banyak tumpukkan dagingnya.”
Abu
Thufail berkata, “Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri dan
perawakannya sedang-sedang (tidak gemuk dan tidak kurus, tidak tinggi
dan tidak pendek)”
Anas
bin Malik berkata, “Kedua telapak tangannya lebar.” Dia juga berkata,
“Warna kulitnya elok, tidak putih sopak dan tidak terlalu coklat, kuat
kepalanya, di kepala atau jenggotnya hanya dua puluh helai uban,
Dia
juga berkata, “Ada beberapa helai uban di pelipisnya.” Dalam riwayat
lain disebutkan, “Di kepalanya beberapa helai uban yang
berpencar-pencar.”
Abu Juhaifah berkata, “Kulihat uban di bawah bibirnya yang bawah, yang disebut al-anfaqah.”
Abdullah bin Bisri berkata, “Di bawah bibirnya yang bawah ada beberapa helai uban.”
Al-Barra
berkata, “Perawakannya sedang, dua bahunya bidang, memiliki rambut
mencapai daun telinga. Kulihat beliau mengenakan jubah warna merah,
tidak pernah kulihat yang sebagus itu.”
Al-Barra berkata, “Beliau adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling bagus akhlaknya.”
Al-Barra
pernah ditanya, “Apakah wajah beliau seperti pedang?” Dia menjawab,
“Tidak, tetapi wajah beliau seperti rembulan. Dalam suatu riwayat
disebutkan, “Wajahnya bulat.”
Ar-Rubayyi bin Mu’awwidz berkata, “Saat melihat beliau seakan-akan aku sedang melihat matahari yang sedang terbit.”
Jabir bin Samurah berkata, “Aku pernah melihat beliau pada suatu malam yang cerah tanpa ada mendung. Kupandangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ganti kupandang rembulan. Ternyata menurut penglihatanku beliau lebih indah daripada rembulan.”
Abu Hurairah berkata, “Tidak pernah kulihat sesuatu lebih bagus daripada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekan-akan matahari berjalan di wajahnya dan tidak pernah kuliat seseorang yang jalannya lebih cepat daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seakan-akan tanah menjadi landai bagi beliau. Kami sudah berusaha
mencurahkan kekuatan, tetapi seakan-akan beliau tidak peduli.”
Ka’ab bin Malik berkata, “Jika sedang gembira, wajah beliau berkilau, seakan-akan wajah beliau adalah sepotong rembulan.”
Saat
sedang berada di dekat Aisyah, beliau berkeringat, hingga membuat raut
muka beliau berkilau. Kemudian hal ini digambarkan Abu Kabir Al-Hudzali
dalam syairnya.
“Jika kulihat raut mukanya ada kilauan yang memancar di sana.”
Setiap
kali Abu Bakar melihat beliau, maka dia berkata, “Yang terpercaya dan
pilihan, kepada kebaikan dia menyeru. Seperti bulan purnama yang
mengenyahkan kegelapan.”
Jika sedang marah, muka beliau memerah, seakan-akan kedua tulang pipinya terbelah buah delima.
Jabir
bin Samurah berkata, “Kedua lengannya halus dan lembut, jika tertawa
hanya tersenyum, dan setiap kali aku memandangnya, maka kukatakan, “Dua
mata yang bercelak, tetapi tidak layaknya celak.”
Ibnu
Abbas berkata, “Ada celah di antara gigi-gigi serinya. Jika sedang
berbicara, terlihat ada semacam cahaya yang memancar dari gigi-gigi seri
itu.”
Leher
beliau seperti leher boneka yang terbaut dari perak yang mengkilat,
mulutnya indah dan lebar, jenggotnya lebat, keningnya lebar, hidungnya
indah, kedua pipinya lembut dan empuk, dari leher depannya hingga ke
pusarnya melajur seperti tongkat, hanya di dada dan perutnya yang ada
bulunya, lengan dan betisnya juga ada rambutnya, perut dan dada
sama-sama bidang, pergelangan tangannya panjang, telapak tangannya
lebar, bentuk tulang lengan dan betisnya bagus, telapak kakinya yang
tengah melengkung, anggota-anggota badannya panjang, jika badannya
condong, maka condongnya itu kuat, langkah-langkah kaki itu lebar dan
berjalan dengan tenang.
Anas berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam.
Aku tidak pernah mencium suatu aroma minyak kesturi atau bau apapun
yang lebih harum daripada aroma dan bau (keringat) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Abu
Juhaifah berkata, “Aku pernah memegang tangan beliau lalu kutempelkan
di wajahku. Ternyata tangan beliau lebih dingin daripada es dan lebih
harum daripada aroma minyak kesturi.”
Jabir
bin Samurah berkata, selagi dia masih kecil, “Beliau pernah mengusap
pipiku. Kurasakan tangannya benar-benar dingin dan harum, seakan-akan
beliau baru mengeluarkannya dari tempat penyimpanan minyak wangi.”
Anas
berkata, “Butir-butir keringatnya seperti mutiara.” Ummu Salamah juga
berkata, “Keringatnya lebih harum daripada minyak wangi.”
Jabir
berkata, “Beliau tidak melewati jalan lalu seseorang membuntutinya
melainkan dia bisa mengetahui bahwa beliau telah lewat, dari keharuman
bau keringatnya.”
Di antara kedua bahunya ada tanda nubuwah seperti telur burung merpati.
KESEMPURNAAN JIWA DAN KEMULIAAN AKHLAK
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lain
daripada yang lain karena kefasihan bicaranya, kejelasan ucapannya,
yang selalu disampaikan pada kesempatan yang paling tepat dan di tempat
yang tidak sulit diketahui, lancar, jernih kata-katanya, jelas
pengucapan dan maknanya, mengkhususkan pada penekanan-penekanan hukum,
mengetahui logat-logat bangsa Arab, berbicara dengan kafilah bangsa Arab
menurut logat masing-masing, berdialog dengan mereka menurut bahasa
masing-masing, ada kekuatan pola bahasa Badui yang cadas berhimpun pada
dirinya, begitu pula kejernihan dan kejelasan cara orang bicara orang
yang sudah beradab, berkat kekuatan datang dari Ilahi dan dilantarkan
lewat wahyu.
Beliau
adalah orang yang lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka
memaafkan ketika memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Ini semua
merupakan sifat-sifat yang diajarkan Allah.
Orang
yang murah hati bisa saja tergelincir dan terperosok. Tetapi sekian
banyak gangguan yang tertuju kepada beliau justru menambah kesabaran
beliau. Tingkah pola orang-orang bodoh yang berlebih-lebihan justru
menambah kemurahan hati beliau. Aisyah berkata, “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamharus
memilih di antara dua perkara, tentu beliau memilih yang paling mudah
di antara keduanya, selagi itu bukan dosa. Jika suatu dosa, maka
beliaulah orang yang paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk
dirinya sendiri kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah,
lalu beliau membalas karena Allah. Beliau adalah orang yang paling
tidak mudah marah dan paling cepat ridha.”
Di
antara sifat kemurahan hati dan kedermawanan beliau yang sulit
digambarkan bahwa beliau memberikan apa pun dan tidak takut menjadi
miskin. Ibnu Abbas berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau paling menonjol
adalah pada bulan Ramadhan saat dihampiri Jibril beliau setiap malam
pada bulan Ramadhan, untuk mengajarkan Alquran kepada beliau. Beliau
benar-benar orang yang paling murah hati untuk hal-hal yang baik lebih
hebat.”
Jabir berkata, “Tidak pernah beliau dimintai sesuatu, lalu menjawab, “Tidak.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki
kebenaran, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur dan tidak
terlalu sulit untuk diketahui di mana keberadaannya. Beliau adalah orang
yang paling pemberani mendatangi tempat-tempat yang paling sulit.
Berapa banyak para pemberani dan patriot yang justru lari dari hadapan
beliau. Beliau adalah orang yang tegar dan tidak bisa diusik, terus maju
dan tidak mundur serta tidak gentar. Siapa pun orang pemberani tentu
akan lari menghindar dari hadapan beliau. Ali berkata, “Jika kami sedang
dikepung ketakutan dan bahaya, maka kami berlindung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”
Anas
berkata, “Suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh sebuah suara.
Lalu orang-orang semburat menuju ke sumber suara tersebut. Mereka
bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamyang
sudah kembali dari sumber suara tersebut. Beliau lebih dahulu datang ke
sana daripada mereka. Saat itu beliau menunggang kuda milik Abu Thalhah
dan di leher beliau ada pedang. Beliau bersabda, “Kalian tidak usah
gentar. Kalian tidak usah gentar!”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang paling malu dan suka menundukkan mata. Abu Sa’id Al-Khudri
berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat
pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut
mukanya.”
Beliau
tidak pernah lama memandang ke wajah seseorang, menundukkan pandangan,
lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandang ke arah langit,
pandangannya jeli, tidak berbicara langsung di hadapan seseorang yang
membuatnya malu, tidak menyebut nama seseorang secara jelas jika beliau
dengar sesuatu yang kurang disenanginya, tetapi beliau bertanya,
“Mengapa orang-orang itu berbuat begitu?” Beliau memang pas seperti yang
dikatakan Al-Farazdaq dalam syairnya,
“Menunduk karena malu dan menunduk karena enggan tiada berbiacara dengan seseorang kecuali saat tersenyum.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur
perkataannya, dan paling besar amanatnya. Orang yang mendebat dan bahkan
musuh beliau pun mengakui hal ini. Sebelum nubuwah beliau sudah
dijuluki Al-Amin (orang yang dipercaya). Sebelum Islam dan pada masa
Jahiliyah beliau juga ditunjuk sebagai pengadil. At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Ali, bahwa Abu Jahl pernah berkata kepada beliau,
“Kami tidak mendustakan apa yang engkau bawa.” Karena itu kemudian Allah
menurunkan ayat tentang orang-orang yang mendustakan itu.
فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِئَايَاتِ اللهِ يَجْحَدُونَ
“Mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am: 33)
Heraklius
mengajukan pertanyaan kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduhnya
dusta sebelum mengatakan apa yang dia katakan?” Abu Sufyan menjawab,
“Tidak.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang paling tawadhu’ (rendah hati) dan paling jauh dari sifat
sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut
kedatangannya seperti yang dilakukan terhadap para raja. Beliau biasa
menjenguk orang sakit, duduk bersama orang miskin, memenuhi undangan
hamba sahaya, duduk di tengah para sahabat, sama seperti keadaan mereka.
Aisyah berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya (sandal), menjahit
bajunya, melaksanakan pekerjaan dengan tangannya sendiri, seperti yang
dilakukan salah seorang di antara kalian di dalam rumahnya. Beliau sama
dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya, dan
membereskan urusannya sendiri.”
Beliau
adalah orang yang paling aktif memenuhi janji, menyambung tali
persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang
lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaknya, paling jauh
dari akhlak yang buruk, tidak pernah berbuat kekejian dan menganjurkan
kepada kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan mengutuk,
bukan termasuk orang yang suka membuat hiruk pikuk di pasar, tidak
membalas keburukan dengan keburukan serupa tetapi memaafkan dan lapang
dada, tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya, tidak
mengungguli hamba sayaha dan pembantunya dalam masalah makan dan
pakaian, membantu orang yang justru seharusnya membantu beliau, tidak
pernah membentak pembantunya yang tidak beres atau tidak mau
melaksanakan perintahnya, mencintai orang-orang miskin dan suka
duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka, tidak mencela
orang miskin karena kemiskinannya.
Dalam
sebuah perjalanan, beliau memerintahkan untuk menyembelih seekor domba.
Seseorang berkata, “Akulah yang akan menyembelihnya.” Yang lain
berkata, “Akulah yang akan mengulitinya.” Yang lain berkata, “Akulah
yang akan memasaknya.” Lalu beliau bersabda, “Akulah yang akan
mengumpulkan kayu bakarnya.” Mereka berkata, “Kami akan mencukupkan bagi
engkau.”
Beliau
bersabda, “Aku sudah tahu kalian akan mencukupkan bagiku. Tetapi aku
tidak suka berbeda dari kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
hamba-Nya yang berbeda di tengah-tengah rekan-rekannya. Setelah itu
beliau bangkit lalu mengumpulkan kayu bakar.”
Kita beri kesempatan kepada Hindun bin Abu Halah untuk menggambarkan sifat-sifat Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti
tampak berduka, terus menerus berpikir, tidak punya waktu untuk
istirahat, tidak berbicara jika tidak perlu, lebih banyak diam, memulai
dan mengakhiri perkataan dengan seluruh bagian mulutnya dan tidak dengan
ujung-ujungnya saja, berbicara dengan menggunakan kata-kata yang luas
maknanya, terinci tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dengan
nada yang sedang-sedang, tidak terlalu keras dan tidak terlau pelan,
mengagungkan nikmat sekalipun kecil, tidak mencela sesuatu, tidak pernah
mencela rasa makanan dan tidak terlalu memujinya, tidak terpancing
untuk cepat-cepat marah jika ada sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran, tidak marah untuk kepentingan dirinya, lapang dada, jika
memberi isyarat beliau memberi isyarat dengan seluruh telapak tangannya,
jika sedang kagum beliau dapat membalik kekagumannya, jika sedang marah
beliau berpaling dan tampak semakin tua, jika sedang gembira beliau
menundukkan pandangan matanya. Tawanya cukup dengan senyuman, yang
senyumnya mirip dengan butir-butir salju.
Beliau
menahan lidahnya kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan
para sahabat dan tidak memecah belah mereka, menghormati orang-orang
yang memang dihormati di setiap kaum dan memberikan kekuasaan kepadanya
atas kaumnya, memperingatkan manusia, bersikap waspada terhadap mereka,
tanpa menyembunyikan kabar gembira yang memang harus diberitahukan
kepada mereka.
Beliau
mengawasi para sahabat, menanyakan apa yang terjadi di antara manusia,
membaguskan yang bagus dan membenarkannya, memburukkan yang buruk dan
melemahkannya, sederhana dan tidak macam-macam, tidak lalai karena takut
jika mereka lalai dan bosan, setiap keadaan bagi beliau adalah normal,
tidak kikir terhadap kebenaran, tidak berlebih-lebihan kepada orang
lain, berbuat lemah lembut kepada orang yang paling baik. Orang yang
paling baik di mata beliau adalah orang yang paling banyak nasihatnya,
dan orang yang paling besar kedudukannya di mata beliau adalah orang
yang paling baik perhatian dan pertolongannya.
Beliau
tidak duduk dan tidak bangkit kecuali dengan dzikir, tidak membatasi
berbagai tempat dan memilih tempat yang khusus bagi beliau, jika tiba di
suatu pertemuan beberapa orang, beliau duduk di tempat yang paling
akhir di dalam pertemuan itu dan beliau memerintahkan yang demikian itu,
memberikan tempat kepada setiap orang yang hadir dalam pertemuan beliau
sehingga tidak ada orang yang hadir di situ bahwa seseorang merasa
lebih terhormat dari beliau. Siapa pun yang duduk bersama beliau atau
mengajaknya bangkit untuk keperluan, maka dengan sabar beliau
melayaninya sehingga orang itulah yang beranjak dari hadapan beliau.
Siapa pun yang meminta suatu keperluan, maka beliau tidak pernah
menolaknya. Beliau selalu membuka diri kepada manusia, sehingga beliau
layaknya bapak bagi mereka. Mereka selalu berdekatan dengan beliau dalam
masalah kebenaran, menjadi utama di sisinya karena takwa. Majelisnya
adalah majelis yang dipenuhi kemurahan hati, malu, sabar, dan amanat,
tidak ada suara yang melengking, tidak dikhawatirkan ada pelanggaran
terhadap kehormatan, mereka saling bersimpati dalam masalah ketakwaan,
menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menolong orang
yang membutuhkan pertolongan, dan mengasihi orang asing.
Beliau
senantiasa gembira, murah hati, lemah lembut, tidak kaku dan keras,
tidak suka mengutuk, tidak berkata keji, tidak suka mencela, tidak suka
memuji, pura-pura lalai terhadap sesuatu yang tidak menarik dan tidak
tunduk kepadanya, meninggalkan tiga perkara dari dirinya: riya, banyak
bicara, dan membicarakan sesuatu yang tidak perlu. Beliau meninggalkan
manusia dari tiga perkara: tidak mencela seseorang, tidak menghinanya,
dan tidak mencari-cari kesalahannya. Beliau tidak berbicara kecuali
dalam hal-hal yang beliau mengharapkan pahalanya. Jika beliau berbicara,
orang-orang yang hadir di majelisnya diam, seakan-akan di atas kepala
mereka ada burung. Jika beliau diam, maka mereka baru bicara. Mereka
tidak berdebat di hadapan beliau. Jika ada seseorang berbicara saat
beliau berbicara, mereka menyuruhnya diam sehingga beliau selesai
berbicara. Beliau tersenyum jika ada sesuatu yang membuat mereka
tersenyum, mengagumi sesuatu yang membuat mereka kagum, sabar
mengahadapi kekasaran orang asing. Beliau bersabda, ‘Jika kalian melihat
orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, maka bantulah ia.’ Beliau
tidak mencari pujian kecuali dari orang yang memang pantas.”
Kharijah binti Zaid berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang paling mulia di dalam majelisnya, hampir tidak ada yang
keluar dari pinggir bibirnya. Beliau lebih banyak diam, tidak berbicara
yang tidak diperlukan, berpaling dari orang yang berbicara dengan cara
yang tidak baik. Tawanya berupa senyuman, perkataannya terinci, tidak
terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Para sahabat tertawa jika
beliau tersenyum, karena mereka hormat dan mengikuti beliau.”
Secara umum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari tandingannya.
Allah membimbing dan membaguskan bimbingan-Nya sampai-sampai Allah
berfirman terhadap beliau seraya memuji beliau,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam: 4)
Sifat-sifat
yang sempurna inilah yang membuat jiwa manusia merasa dekat dengan
beliau, membuat hati mereka mencintai beliau, menempatkan beliau sebagai
pimpinan yang menjadi tumpuan harapan hati. Bahkan orang-orang yang
dulunya bersikap keras terhadap beliau berubah menjadi lemah lembut,
hingga akhirnya manusia masuk ke dalam agama Allah secara
berbondong-bondong.
Sifat-sifat
yang sudah disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari gambaran
kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Hakikat sebenarnya yang
menggambarkan sifat dan ciri-ciri beliau adalah sesuatu yang tidak bisa
diketahui secara persis hingga detil-detilnya. Adakah orang yang mengaku
bisa mengetahui hakikat diri manusia yang paling sempurna dan mendapat
cahaya Rabbnya sehingga akhlaknya pun adalah Alquran?
Ya
Allah, rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana engkau
merahmati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar