Illustrasi Orang Sholat
Jama' Sholat ( Menggabungkan Dua Sholat)
Menjama' sholat adalah melakukan sholat Dhuhur
dan Ashar dalam salah satu waktu kedua sholat tersebut secara
berturut-turut, atau melaksanakan sholat Maghrib dan Isya' dalam salah
satu waktu kedua sholat tersebut secara berturut-turut. Maka sholat
dengan cara jama' ada dua macam:
1. Jama' taqdim. Yaitu
mengumpulkan sholat dhuhur dan sholat ashar dalam waktu dhuhur, atau
sholat maghrib dan sholat isya' dalam waktu maghrib.
2. Jama'
ta'khir. Yaitu mengumpulkan sholat dhuhur dan sholat ashar dalam waktu
ashar, atau sholat maghrib dan sholat isya' dalam waktu isya'.
Dalil Sholat Jama'
Banyak yang beranggapan bahwa jama' merupakan
ketentuan yang tidak terkait dengan qashar. Sejatinya kedua cara sholat
ini tidak ada kaitannya dan mempunyai ketentuan sendiri-sendiri, hanya
saja sering keduanya dilaksanakan secara bersamaan. Jadi melakukan
qashar sholat dan sekaligus melakukan jama'. Sholat seperti itu disebut
jama' qashar.
Para ulama melihat bahwa ketentuan jama' lebih
longgar dibandingkan dengan qashar. Qashar boleh dilakukan pada kondisi
tertentu dan sesuai aturan dan syarat di atas, tetapi jama' mempunyai
ketentuan yang tidak seketat ketentuan di atas.
Para ulama juga
berbeda pendapat mengenai diperbolehkannya jama' sholat. Mayoritas ulama
mengatakan jama' sholat hukumnya boleh dan merupakan hak musafir.
Karena hukumnya boleh maka seorang musafir boleh malakukan jama' dan
boleh tidak melakukannya. Melakukannya dengan keyakinan mengikuti
Rasululah s.a.w. adalah kesunahan.
Baca Juga : Sholat Jama' , Tata Cara melakukan dan Syarat Syah Sholat Jama'
Dalil-dalil yang menunjukkan dipebolehkannya jama' adalah antara lain:
[1].
Hadist riwayat Bukhari dari Anas bin Malik r.a. belaiau berkata bahwa
Rasulullah s.a.w menggabung sholat Maghrib dan Isya' pada saat
bepergian.
[2]. Hadist riwayat Muslim dari Muadz beliau berkata:
kami bepergian bersama Rasulullah s.a.w. untuk perang Tabuk, beliau
melakukan sholat Dhuhur dan Ashar secara digabung dan begitu juga dengan
sholat Maghrib dan Isya'.
[1] hadist Anas bin Malik r.a.:
Rasulullah s.a.w. ketika bepergian sebelum matahari condong ke barar,
beliau mengakhirkan sholat dhuhur di waktu ashar, lalu beliau berhenti
dan sholat keduanya. Apabila beliau berangkat setelah masuk waktu sholat
maka beliau sholat dulu lalu memulai perjalanan". (h.r. Bukhari
Muslim).
[2] Hadist Ibnu Umar r.a. berkata: suatu hari aku
dimintai pertolongan oleh salah satu keluarganya yang tinggal jauh
sehingga beliau melakukan perjalanan, beliau mengakhirkan maghrib hingga
waktu isya' kemudian berhenti dan melakukan kedua sholat secara jama',
kemudian beliau menceritakan bahwa itu yang dilakukan Rasulullah s.a.w.
ketika menghadapi perjalanan panjang.
Kedua hadist di atas juga
dijadikan landasan diperbolehkannya jama' taqdim, yaitu melakukan kedua
pasangan sholat di atas dalam waktu pertama.
[3]. Hadist Muadz
r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pada waktu perang Tabuk, manakala beliau
meulai perjalanan setelah Maghrib, beliau memajukan Isya' dan
melaksanakannya di waktu sholat maghrib. (h.r. Ahmad, Abu Dawud dan
Tirmidzi dan beliau menghasankan hadist ini).
Sebagian ulama dari
kelompok ini mengatakan bahwa yang utama bagi musafir yang sedang dalam
perjalanan adalah melakukan jama'. Sedangkan musafir yang melakukan
transit atau stop over lebih utama melakukan sempurna. Yang jelas dengan
semangat mengikti sunnah Rasulullah s.a.w. maka kita mengikuti yang
paling mudah dan meringankan sejauh itu tidak dosa. Rasulullah s.a.w.
tidak pernah disodori dua pilihan kecuali mengambil yang paling mudah
selama itu tidak dosa, kalau itu dosa maka beliau yang paling gigih
menjauhinya (h.r. Bukhari dan Muslim).
Pendapat kedua adalah yang
diikuti imam Ibu Hanifah atau mazhab Hanafi mengatakan bahwa sholat jama
hanya boleh dilakukan pada hari Arafah untuk para jamaah haji, yaitu
jama' taqdim, dan jama' ta'kir pada malam Muzdalifah. Alasan pendapat
ini bahwa riwayat-riwayat yang menceritakan waktu-waktu sholat adalah
hadist mutawaatir (diriwayatkan banyak orang), sedangkan hadist yang
meriwayatkan jama' selain di waktu haji adalah hadist Ahad (personal),
hadist yang mutawatir tidak bisa ditinggalkan dengan hadist ahad.
Pendapat ini juga melandaskan pada riwayat Ibnu Mas'ud r.a. beliau
berkata: "Demi Dzat yang tidak ada tuhan lain yang menyekutuinya,
Rasulullah s.a.w. tidak pernah melakukan sholat kecuali pada waktunya
kecuali dua sholat, yaitu beliau melakukan jama' (taqdim) dhuhur dan
ashar di Arafah dan jama' (ta'khir) maghrib dan isya di Muzdalifah"
(h.r. Bukhari Muslim).
Cara Sholat Jama' Taqdim
Yang dimaksud dengan sholat jama' taqdim
adalah, melakukan sholat ashar dalam waktunya sholat dhuhur, atau
melakukan sholat isya' dalam waktunya sholat maghrib.
Sholat shubuh
tidak dapat dijama' dengan sholat isya'. Pelaksanaan sholat dengan jama'
taqdim antara sholat dhuhur dengan ashar, dilakukan dengan cara,
setelah masuk waktu dhuhur, terlebih dahulu melakukan sholat dhuhur, dan
ketika takbirotul ihram, berniat menjama' sholat dhuhur dengan ashar.
Contoh :
Usholli fardlod-dhuhri jam'an bil 'ashri taqdiman lillahi ta'ala.
Artinya : "Saya berniat sholat dhuhur dengan dijama' taqdim dengan ashar karena Allah"
Niat
jama' taqdim, dapat juga dilakukan di tengah-tengah sholat dhuhur
sebelum salam, dengan cara berniat didalam hati tanpa diucapkan,
menjama' taqdim antara ashar dengan dhuhur.
Kemudian setelah salam
dari sholat dhuhur, cepat-cepat melakukan sholat ashar. Demikian juga
cara sholat jama' taqdim antara sholat maghrib dengan sholat isya', sama
dengan cara jama' taqdim antara sholat dhuhur dengan ashar, dan lafadz
dhuhur diganti dengan maghrib, lafadz ashar diganti dengan isya'.
Jika
sholat jama' taqdim dilakukan dengan qashar, maka sholat yang empat
raka'at, yaitu dhuhur, ashar, dan isya', diringkas menjadi dua rokaat.
Contoh niat jama' taqdim serta qashar:
Usholli fardlod-dhuhri rok'ataini jam'an bil 'ashri taqdiman wa qoshron lillahi ta'ala
Artinya : "Saya berniat sholat dhuhur dua roka'at dengan dijama' taqdim dengan ashar dan diqashar karena Allah "
Syarat-Syarat Jama' Taqdim
Orang yang sedang bepergian, diperbolehkan melakukan sholat jama' taqdim, dengan syarat sebagai berikut :
1. Bukan berpergian maksiat.
2. Jarak yang akan ditempuh, sedikitnya berjarak 80,64 km. (mazhab Syafii)
3. Berniat jama' taqdim dalam sholat yang pertama ( Dhuhur / Maghrib).
4. Tartib, yakni mendahulukan sholat dhuhur sebelum sholat ashar dan mendahulukan sholat maghrib sebelum sholat isya'.
5.
Wila, yakni setelah salam dari sholat pertama, segera cepat-cepat
melakukan sholat kedua, tenggang waktu anatara sholat pertama dengan
sholat kedua, selambat-lambatnya, kira-kira tidak cukup untuk
mengerjakan dua roka'at singkat.
Cara Jama' Ta'khir
Yang
dimaksud dengan jama' ta'khir adalah, melakukan sholat dhuhur dalam
waktunya sholat ashar, atau melakukan sholat maghrib dalam waktunya
sholat, isya'. Sholat shubuh tidak dapat dijama' dengan sholat dhuhur.
Pelaksanaan
sholat jama' ta'khir antara sholat dhuhur dan ashar, dilakukan dengan
cara, apabila telah masuk waktu dhuhur, maka dalam hati niat
mengakhirkan sholat dhuhur untuk dijama' dengan sholat ashar dalam waktu
sholat ashar. Kemudian setelah masuk waktu ashar, melakukan sholat
dhuhur dan sholat ashar (atau kalau dapat berjamaah, kerjakan ashar dulu
kemudian dilanjutkan shalat zuhur) seperti biasa tanpa harus mengulangi
niat jama' ta'khir.
Demikian juga cara melakukan jama' ta'khir
sholat magrib dengan sholat isya'. Ketika masuk waktu maghrib berniat
dalam hati mengakhirkan sholat maghrib untuk di jama' pada waktu sholat
isya'.
Jama' Sholat ( Menggabungkan Dua Sholat)
Menjama' sholat adalah melakukan sholat Dhuhur dan Ashar dalam salah satu waktu kedua sholat tersebut secara berturut-turut, atau melaksanakan sholat Maghrib dan Isya' dalam salah satu waktu kedua sholat tersebut secara berturut-turut. Maka sholat dengan cara jama' ada dua macam:
1. Jama' taqdim. Yaitu mengumpulkan sholat dhuhur dan sholat ashar dalam waktu dhuhur, atau sholat maghrib dan sholat isya' dalam waktu maghrib.
2. Jama' ta'khir. Yaitu mengumpulkan sholat dhuhur dan sholat ashar dalam waktu ashar, atau sholat maghrib dan sholat isya' dalam waktu isya'.
Dalil Sholat Jama'
Banyak yang beranggapan bahwa jama' merupakan
ketentuan yang tidak terkait dengan qashar. Sejatinya kedua cara sholat
ini tidak ada kaitannya dan mempunyai ketentuan sendiri-sendiri, hanya
saja sering keduanya dilaksanakan secara bersamaan. Jadi melakukan
qashar sholat dan sekaligus melakukan jama'. Sholat seperti itu disebut
jama' qashar.
Para ulama melihat bahwa ketentuan jama' lebih longgar dibandingkan dengan qashar. Qashar boleh dilakukan pada kondisi tertentu dan sesuai aturan dan syarat di atas, tetapi jama' mempunyai ketentuan yang tidak seketat ketentuan di atas.
Para ulama juga berbeda pendapat mengenai diperbolehkannya jama' sholat. Mayoritas ulama mengatakan jama' sholat hukumnya boleh dan merupakan hak musafir. Karena hukumnya boleh maka seorang musafir boleh malakukan jama' dan boleh tidak melakukannya. Melakukannya dengan keyakinan mengikuti Rasululah s.a.w. adalah kesunahan.
Baca Juga : Sholat Jama' , Tata Cara melakukan dan Syarat Syah Sholat Jama'
Dalil-dalil yang menunjukkan dipebolehkannya jama' adalah antara lain:
[1]. Hadist riwayat Bukhari dari Anas bin Malik r.a. belaiau berkata bahwa Rasulullah s.a.w menggabung sholat Maghrib dan Isya' pada saat bepergian.
[2]. Hadist riwayat Muslim dari Muadz beliau berkata: kami bepergian bersama Rasulullah s.a.w. untuk perang Tabuk, beliau melakukan sholat Dhuhur dan Ashar secara digabung dan begitu juga dengan sholat Maghrib dan Isya'.
[1] hadist Anas bin Malik r.a.: Rasulullah s.a.w. ketika bepergian sebelum matahari condong ke barar, beliau mengakhirkan sholat dhuhur di waktu ashar, lalu beliau berhenti dan sholat keduanya. Apabila beliau berangkat setelah masuk waktu sholat maka beliau sholat dulu lalu memulai perjalanan". (h.r. Bukhari Muslim).
[2] Hadist Ibnu Umar r.a. berkata: suatu hari aku dimintai pertolongan oleh salah satu keluarganya yang tinggal jauh sehingga beliau melakukan perjalanan, beliau mengakhirkan maghrib hingga waktu isya' kemudian berhenti dan melakukan kedua sholat secara jama', kemudian beliau menceritakan bahwa itu yang dilakukan Rasulullah s.a.w. ketika menghadapi perjalanan panjang.
Kedua hadist di atas juga dijadikan landasan diperbolehkannya jama' taqdim, yaitu melakukan kedua pasangan sholat di atas dalam waktu pertama.
[3]. Hadist Muadz r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pada waktu perang Tabuk, manakala beliau meulai perjalanan setelah Maghrib, beliau memajukan Isya' dan melaksanakannya di waktu sholat maghrib. (h.r. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi dan beliau menghasankan hadist ini).
Sebagian ulama dari kelompok ini mengatakan bahwa yang utama bagi musafir yang sedang dalam perjalanan adalah melakukan jama'. Sedangkan musafir yang melakukan transit atau stop over lebih utama melakukan sempurna. Yang jelas dengan semangat mengikti sunnah Rasulullah s.a.w. maka kita mengikuti yang paling mudah dan meringankan sejauh itu tidak dosa. Rasulullah s.a.w. tidak pernah disodori dua pilihan kecuali mengambil yang paling mudah selama itu tidak dosa, kalau itu dosa maka beliau yang paling gigih menjauhinya (h.r. Bukhari dan Muslim).
Pendapat kedua adalah yang diikuti imam Ibu Hanifah atau mazhab Hanafi mengatakan bahwa sholat jama hanya boleh dilakukan pada hari Arafah untuk para jamaah haji, yaitu jama' taqdim, dan jama' ta'kir pada malam Muzdalifah. Alasan pendapat ini bahwa riwayat-riwayat yang menceritakan waktu-waktu sholat adalah hadist mutawaatir (diriwayatkan banyak orang), sedangkan hadist yang meriwayatkan jama' selain di waktu haji adalah hadist Ahad (personal), hadist yang mutawatir tidak bisa ditinggalkan dengan hadist ahad. Pendapat ini juga melandaskan pada riwayat Ibnu Mas'ud r.a. beliau berkata: "Demi Dzat yang tidak ada tuhan lain yang menyekutuinya, Rasulullah s.a.w. tidak pernah melakukan sholat kecuali pada waktunya kecuali dua sholat, yaitu beliau melakukan jama' (taqdim) dhuhur dan ashar di Arafah dan jama' (ta'khir) maghrib dan isya di Muzdalifah" (h.r. Bukhari Muslim).
Para ulama melihat bahwa ketentuan jama' lebih longgar dibandingkan dengan qashar. Qashar boleh dilakukan pada kondisi tertentu dan sesuai aturan dan syarat di atas, tetapi jama' mempunyai ketentuan yang tidak seketat ketentuan di atas.
Para ulama juga berbeda pendapat mengenai diperbolehkannya jama' sholat. Mayoritas ulama mengatakan jama' sholat hukumnya boleh dan merupakan hak musafir. Karena hukumnya boleh maka seorang musafir boleh malakukan jama' dan boleh tidak melakukannya. Melakukannya dengan keyakinan mengikuti Rasululah s.a.w. adalah kesunahan.
Baca Juga : Sholat Jama' , Tata Cara melakukan dan Syarat Syah Sholat Jama'
Dalil-dalil yang menunjukkan dipebolehkannya jama' adalah antara lain:
[1]. Hadist riwayat Bukhari dari Anas bin Malik r.a. belaiau berkata bahwa Rasulullah s.a.w menggabung sholat Maghrib dan Isya' pada saat bepergian.
[2]. Hadist riwayat Muslim dari Muadz beliau berkata: kami bepergian bersama Rasulullah s.a.w. untuk perang Tabuk, beliau melakukan sholat Dhuhur dan Ashar secara digabung dan begitu juga dengan sholat Maghrib dan Isya'.
[1] hadist Anas bin Malik r.a.: Rasulullah s.a.w. ketika bepergian sebelum matahari condong ke barar, beliau mengakhirkan sholat dhuhur di waktu ashar, lalu beliau berhenti dan sholat keduanya. Apabila beliau berangkat setelah masuk waktu sholat maka beliau sholat dulu lalu memulai perjalanan". (h.r. Bukhari Muslim).
[2] Hadist Ibnu Umar r.a. berkata: suatu hari aku dimintai pertolongan oleh salah satu keluarganya yang tinggal jauh sehingga beliau melakukan perjalanan, beliau mengakhirkan maghrib hingga waktu isya' kemudian berhenti dan melakukan kedua sholat secara jama', kemudian beliau menceritakan bahwa itu yang dilakukan Rasulullah s.a.w. ketika menghadapi perjalanan panjang.
Kedua hadist di atas juga dijadikan landasan diperbolehkannya jama' taqdim, yaitu melakukan kedua pasangan sholat di atas dalam waktu pertama.
[3]. Hadist Muadz r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. pada waktu perang Tabuk, manakala beliau meulai perjalanan setelah Maghrib, beliau memajukan Isya' dan melaksanakannya di waktu sholat maghrib. (h.r. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi dan beliau menghasankan hadist ini).
Sebagian ulama dari kelompok ini mengatakan bahwa yang utama bagi musafir yang sedang dalam perjalanan adalah melakukan jama'. Sedangkan musafir yang melakukan transit atau stop over lebih utama melakukan sempurna. Yang jelas dengan semangat mengikti sunnah Rasulullah s.a.w. maka kita mengikuti yang paling mudah dan meringankan sejauh itu tidak dosa. Rasulullah s.a.w. tidak pernah disodori dua pilihan kecuali mengambil yang paling mudah selama itu tidak dosa, kalau itu dosa maka beliau yang paling gigih menjauhinya (h.r. Bukhari dan Muslim).
Pendapat kedua adalah yang diikuti imam Ibu Hanifah atau mazhab Hanafi mengatakan bahwa sholat jama hanya boleh dilakukan pada hari Arafah untuk para jamaah haji, yaitu jama' taqdim, dan jama' ta'kir pada malam Muzdalifah. Alasan pendapat ini bahwa riwayat-riwayat yang menceritakan waktu-waktu sholat adalah hadist mutawaatir (diriwayatkan banyak orang), sedangkan hadist yang meriwayatkan jama' selain di waktu haji adalah hadist Ahad (personal), hadist yang mutawatir tidak bisa ditinggalkan dengan hadist ahad. Pendapat ini juga melandaskan pada riwayat Ibnu Mas'ud r.a. beliau berkata: "Demi Dzat yang tidak ada tuhan lain yang menyekutuinya, Rasulullah s.a.w. tidak pernah melakukan sholat kecuali pada waktunya kecuali dua sholat, yaitu beliau melakukan jama' (taqdim) dhuhur dan ashar di Arafah dan jama' (ta'khir) maghrib dan isya di Muzdalifah" (h.r. Bukhari Muslim).
Cara Sholat Jama' Taqdim
Yang dimaksud dengan sholat jama' taqdim
adalah, melakukan sholat ashar dalam waktunya sholat dhuhur, atau
melakukan sholat isya' dalam waktunya sholat maghrib.
Sholat shubuh
tidak dapat dijama' dengan sholat isya'. Pelaksanaan sholat dengan jama'
taqdim antara sholat dhuhur dengan ashar, dilakukan dengan cara,
setelah masuk waktu dhuhur, terlebih dahulu melakukan sholat dhuhur, dan
ketika takbirotul ihram, berniat menjama' sholat dhuhur dengan ashar.
Contoh :
Usholli fardlod-dhuhri jam'an bil 'ashri taqdiman lillahi ta'ala.
Artinya : "Saya berniat sholat dhuhur dengan dijama' taqdim dengan ashar karena Allah"
Niat
jama' taqdim, dapat juga dilakukan di tengah-tengah sholat dhuhur
sebelum salam, dengan cara berniat didalam hati tanpa diucapkan,
menjama' taqdim antara ashar dengan dhuhur.
Kemudian setelah salam
dari sholat dhuhur, cepat-cepat melakukan sholat ashar. Demikian juga
cara sholat jama' taqdim antara sholat maghrib dengan sholat isya', sama
dengan cara jama' taqdim antara sholat dhuhur dengan ashar, dan lafadz
dhuhur diganti dengan maghrib, lafadz ashar diganti dengan isya'.
Jika
sholat jama' taqdim dilakukan dengan qashar, maka sholat yang empat
raka'at, yaitu dhuhur, ashar, dan isya', diringkas menjadi dua rokaat.
Contoh niat jama' taqdim serta qashar:
Usholli fardlod-dhuhri rok'ataini jam'an bil 'ashri taqdiman wa qoshron lillahi ta'ala
Artinya : "Saya berniat sholat dhuhur dua roka'at dengan dijama' taqdim dengan ashar dan diqashar karena Allah "
Syarat-Syarat Jama' Taqdim
Orang yang sedang bepergian, diperbolehkan melakukan sholat jama' taqdim, dengan syarat sebagai berikut :
1. Bukan berpergian maksiat.
2. Jarak yang akan ditempuh, sedikitnya berjarak 80,64 km. (mazhab Syafii)
3. Berniat jama' taqdim dalam sholat yang pertama ( Dhuhur / Maghrib).
4. Tartib, yakni mendahulukan sholat dhuhur sebelum sholat ashar dan mendahulukan sholat maghrib sebelum sholat isya'.
5.
Wila, yakni setelah salam dari sholat pertama, segera cepat-cepat
melakukan sholat kedua, tenggang waktu anatara sholat pertama dengan
sholat kedua, selambat-lambatnya, kira-kira tidak cukup untuk
mengerjakan dua roka'at singkat.
Cara Jama' Ta'khir
Yang dimaksud dengan jama' ta'khir adalah, melakukan sholat dhuhur dalam waktunya sholat ashar, atau melakukan sholat maghrib dalam waktunya sholat, isya'. Sholat shubuh tidak dapat dijama' dengan sholat dhuhur.
Yang dimaksud dengan jama' ta'khir adalah, melakukan sholat dhuhur dalam waktunya sholat ashar, atau melakukan sholat maghrib dalam waktunya sholat, isya'. Sholat shubuh tidak dapat dijama' dengan sholat dhuhur.
Pelaksanaan sholat jama' ta'khir antara sholat dhuhur dan ashar, dilakukan dengan cara, apabila telah masuk waktu dhuhur, maka dalam hati niat mengakhirkan sholat dhuhur untuk dijama' dengan sholat ashar dalam waktu sholat ashar. Kemudian setelah masuk waktu ashar, melakukan sholat dhuhur dan sholat ashar (atau kalau dapat berjamaah, kerjakan ashar dulu kemudian dilanjutkan shalat zuhur) seperti biasa tanpa harus mengulangi niat jama' ta'khir.
Demikian juga cara melakukan jama' ta'khir sholat magrib dengan sholat isya'. Ketika masuk waktu maghrib berniat dalam hati mengakhirkan sholat maghrib untuk di jama' pada waktu sholat isya'.
Syarat Jama' Ta'khir
Orang yang sedang bepergian, diperbolehkan melakukan jama' ta'khir apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Bukan bepergian maksiat.
2. Jarak yang ditempuh, sedikitnya berjarak 80,64 km. (mazhab Syafii)
3. Berniat jama' ta'khir didalam waktu dhuhur atau waktu maghrib
Baca Juga Anak istri selamat tapi adiknya yang Hafal Alquran 30 Juz Lenyap
Baca juga Ketika gempa terjadi maka-amal apa yang harus diperbanyak...?
BACA JUGA : Dalog 20 hal tentang percakapan iblis dengan Rosulullah
BACA JUGA : Polisi diminta tangkap pemasang spanduk Profokatif di solo
BACA JUGA : Awas Jangan Makan Atau Minum 5 Macam ini disaat perut Kosong
BACA JUGA : Azab Mengerikan bagi manusia suka buka Aib Sesama

BACA JUGA : Hidayah Suami Lantaran Doa Istri
BACA JUGA : Perilaku Setan yang Menyesatkan Manusia
BACA JUGA : Dialog Iblis Dengan Nabi Musa AS
BACA JUGA : 10 Macam Siksaan Wanita Di Neraka Jahannam
BACA JUGA : Kain Kafan Pemuda Shalih Yang Bikin Terkejut Para Tabiin dan Orang Orang Islam
BACA JUGA : Ternyata Ali Bin Abi Tholib Pernah Berdakwah Sampai di Garut Jawa Barat
BACA JUGA : Manfaat Tokek Bagi Kesehatan dan hukumnya Bagaimana ...?
BACA JUGA : Awas Jangan Makan Atau Minum 5 Macam ini disaat perut Kosong
BACA JUGA : Azab Mengerikan bagi manusia suka buka Aib Sesama

BACA JUGA : Hidayah Suami Lantaran Doa Istri
BACA JUGA : Perilaku Setan yang Menyesatkan Manusia
BACA JUGA : Dialog Iblis Dengan Nabi Musa AS
BACA JUGA : 10 Macam Siksaan Wanita Di Neraka Jahannam
BACA JUGA : Kain Kafan Pemuda Shalih Yang Bikin Terkejut Para Tabiin dan Orang Orang Islam
BACA JUGA : Ternyata Ali Bin Abi Tholib Pernah Berdakwah Sampai di Garut Jawa Barat
BACA JUGA : Manfaat Tokek Bagi Kesehatan dan hukumnya Bagaimana ...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar