وفي رواية قيل:
مَنْ
كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ
يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا
مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Dalam sebuah riwayat dikatakan:
“Siapa
yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dialah orang
beruntung. Siapa yang hari ini sam dengan hari kemarin, maka dialah
orang tertipu. Siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin,
maka dialah orang yang terlaknat”.[Hr Baihaqi]
Derajat
hadits diatas ada yang mengatakan maudhuu’ (palsu) ada menyatakan
dha’if namun ada hadits yang derajatnya marfuu’ yang memiliki arti mirip
dengan hadits diatas
Hadist Tentang Larangan merayakan malam Tahun Baru Sudah Ada Sejak Zaman Nabi Muhammad SAW.
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
1-
Perubahan itu mesti dan niscaya. Sesuatu yang stagnan lebih cenderung
hilang ditelan jaman. Sementara yang lain melakukan inovasi pada
bisnisnya, ia malah diam di tempat tidak melakukan lompatan apapun, maka
bisnisnya bisa dipastikan akan berhenti.
2-
Seperti halnya air. Air yang tidak mengalir merupakan sarang nyaman bagi
bakteri dan kuman-kuman jahat. Warnanya pun akan berubah menjadi hijau.
Pertanda bakteri dan kuman sudah mendiami rumah barunya itu. Begitu pun
dengan diri kita. Jika tidak mengalir melakukan perubahan, maka yang
ada adalah diri kita dihinggapi “kuman” dan “bakteri” kesuksesan.
Alhasil, sukses yang diharapkan hanya sebuah harapan yang disangsikan
perwujudannya.
3- Lalu, apa yang harus dirubah? Banyak. Kita bahas tiga saja.
a-
Wawasan dan ilmu. Sudah menjadi tradisi bahwa salah satu penyokong
kesuksesan adalah berwawasan dan berilmu sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya. Berbisnis dengan ilmu itu lebih mengutungkan ketimbang
berbisnis apa adanya kita. Membangun rumah dengan ilmu hasilnya lebih
indah dan lebih efektif pula budget-nya. Apappun, dengan ilmu akan mudah
diraih. Ini pasti!
b- Sikap. Merubah malas menjadi
semangat, sangat penting. Merubah bodoh menjadi pintar dan cerdas,
sangat penitng. Merubah pelit menjadi dermawan, sangat mesti. Jika kamu
selalu bangun kesiangan, mulai saat ini bangun harus di awal waktu. Jika
kamu saat ini ketergantungan kepada orang tua, menjadi mandiri dan
berdikari adalah sikap hebat. Intinya, lakukan perubahan dalam sikap dan
perilaku. Sikap dan perilaku yang baik selalu menghadirkan sesuatu yang
baik.
b- Ibadah. Ibadah perlu perubahan. Seperti
disurat dalam sebuah riwayat di muka, ada tiga tipe orang dalam amliah
hariannya. Yaitu (1)rabih, orang yang beruntung karena kualitas dan
kuantitas amalnya lebih baik dari sebelumnya, (2)maghbun, orang yang
tertipu karena kualitas dan kuantitas amlanya tidak lebih baik dari
sebelumnya, stagnan; dan (3) mal’un, orang terlaknat karena amal-amalnya
hari ini lebih buruk.
4- Jadi, kesimpulannya
adalah orang yang mau merubah nasib seharusnya ia merubah keadaan diri
saat ini yang mencakup tiga aspek tadi, yaitu ilmu, sikap dan ibadah.
Sejatinya, perubahan yang sudah dilakukan akan mengantarkan pelakunya ke
lembah kesuksesan dan kebahagiaan.
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:
1-
Karena kita tidak tahu kapan ajal datang, maka idealnya kita melakukan
evaluasi itu setiap saat, atau kalau tidak setiap hari, setiap minggu,
setiap bulan atau sekurang-kurangnya setahun sekali, seperti sekarang
ini
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai
orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan
suruhanNya dan meninggalkan laranganNya); dan hendaklah tiap-tiap diri
melihat dan memerhatikan apa yang ia telah sediakan (dari amal-amalnya)
untuk hari esok (hari akhirat). Dan (sekali lagi diingatkan):
Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat Meliputi
PengetahuanNya akan segala yang kamu kerjakan.[Al Hasyr:18]
2-
Jangan sampai terlambat kita memperbaiki diri, karena hidup di dunia
ini hanya sekali tak pernah terulang lagi. Dikatakan dalam al-Qur’an
pernah ada orang yang menjerit meminta diperpanjang umum untuk menebus
dosa dan menambah amal saleh, Allah tidak akan mengabulkannya.
رَبِّ
لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنْ
الصَّالِحِينَ..وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai
Tuhanku! Alangkah baiknya kalau Engkau lambatkan kedatangan ajal matiku
- ke suatu masa yang sedikit sahaja lagi, supaya aku dapat bersedekah
dan dapat pula aku menjadi dari orang-orang yang soleh ".
Dan
(ingatlah), Allah tidak sekali-kali akan melambatkan kematian seseorang
(atau sesuatu yang bernyawa) apabila sampai ajalnya; dan Allah Amat
Mendalam PengetahuanNya mengenai segala yang kamu kerjakan.[Al
Munafikun: 10-11]
|
Home »
Kajian Hadist
» Hadist Tentang Muhasabah/Evaluasi Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar