Sebelum
Musa lahir, seluruh anggota keluarga Ya'qub tinggal sebagai masyarakat
pendatang sejak masa nabi Yusuf berkuasa di negeri Mesir. Selama masa
kekuasaan ini pula, Bani Israel dilimpahi banyak kemudahan hidup oleh
nabi Yusuf. Akan tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal Yusuf, oleh
sebab raja yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan
pengalaman hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperbudak oleh
Mesir lantaran Fir'aun pada zaman itu merupakan raja yang zalim serta
memecah belah rakyatnya melalui tindakan menindas kalangan yang
dipandang lemah, bahkan membunuh anak-anak laki kalangan itu pula.
Baca Juga Sejarah Nabi Harun A.S.
Baca Juga Hadist Tentang Berlaku Sederhana dalam Beradah
Baca Juga Sejarah Nabi Harun A.S.
Baca Juga Hadist Tentang Berlaku Sederhana dalam Beradah
Tatkala
Fir'aun mendapati sebuah mimpi yang mengguncangkan; panglima serta ahli
tafsir mimpi bernama Haman menafsirkan mimpi tersebut sebagai pertanda
buruk bagi kekuasaan Fir'aun; bahwa akan ada seorang anak laki-laki dari
Bani Israel yang kelak menjadi seorang laki-laki gagah perkasa yang
perkataannya sanggup mengguncang seisi bumi bahkan sanggup mencapai
langit ketujuh; serta kelak memimpin golongan pengikutnya melawan
kekuasaan Mesir lalu ia membawa berbagai kehancuran hebat di negeri
Mesir; juga para pengikut orang tersebut akan mengangkut harta kekayaan
yang berlimpah, dengan dibantu kekuatan dahsyat milik Musuh bangsa Mesir
yang kemudian menumpas seluruh kaum pemuka bangsa Mesir. Fir'aun
beserta seluruh pemuka kaumnya merasa ketakutan bahwa penafsiran mimpi
itu benar-benar menjadi nyata. Pada saat bersamaan, jumlah lelaki di
Bani Israel bertambah pesat sehingga para pengikut Fir'aun tidak bisa
memperkirakan siapakah anak yang diramalkan itu. Maka diadakan sebuah
perintah keji di Mesir bahwa seluruh anak laki-laki yang baru lahir
harus dibunuh, sedangkan seluruh anak perempuan yang baru lahir boleh
dibiarkan hidup.
Namun
terdapat seorang bangsawan di istana Fir'aun yang menyarankan supaya
tidak berupaya melawan ketetapan tersebut melainkan tunduk menjadi
pengikut orang Bani Israel tersebut, agar seisi istana Fir'aun tidak
turut dilenyapkan. Walaupun demikian, Fir'aun justru berlaku sombong
serta sewenang-wenang mendakwakan diri sebagai dewa atas bangsa Mesir
seraya menyatakan: "Haruskah dewa sehebat diriku tunduk berpasrah
terhadap seorang manusia dari kalangan yang diperbudak oleh kita
sendiri?" akibat kesombongan ini, Fir'aun membujuk para pengikutnya
melaksanakan perintah keji itu.
Mendengar
kabar tentang perintah keji Fir'aun, Imran merasa sangat gelisah
tentang keselamatan anak yang dikandung Yukhabad, istrinya. Kedua anak
Imran; Harun dan Miryam, memberi tanggapan tentang kejadian ini; Miryam
sebagai seorang nabi wanita, mendapati pertanda nubuat bahwa seorang
anak laki-laki akan dilahirkan ibunya dan anak itu akan mengalami
kejadian hebat dalam perairan, sehingga Miryam menyarankan supaya anak
tersebut diletakkan ke sebuah perairan atau sungai oleh sebab Miryam
meyakini akan ada keajaiban Allah yang akan menyelamatkan anak itu
menghadapi air. Akan tetapi Imran merasa khawatir bahwa nubuat yang
disampaikan oleh putrinya itu tidak terwujud. Harun, yang juga merupakan
seorang nabi, menyampaikan saran supaya sang ibu ditempatkan di tempat
yang aman, supaya anak tersebut dapat dilahirkan dalam keadaan tenang
sementara seluruh anggota keluarga yang lain berpuasa dan berdoa secara
bersungguh-sungguh demi keselamatan anak tersebut kemudian mereka harus
berpasrah menyerahkan nasib anak tersebut kepada Allah, oleh sebab Harun
meyakini bahwa Allah sanggup menghadirkan sesosok malaikat yang selalu
menyertai anak tersebut supaya kembali di tengah-tengah mereka dalam
keadaan selamat. Imran merasa tentram ketika mendengar ucapan bijaksana
Harun. Setelah itu, Imran menempatkan Yukhabad bersama Miryam di sebuah
gua supaya tetap berlindung hingga hari bersalin.
Setelah
Yukhabad melahirkan seorang anak laki-laki; tepat sebagaimana pertanda
yang telah diperoleh Miryam, ia merasa sangat bahagia sekaligus tak tega
apabila harus menyerahkan putranya kepada kaum Fir'aun. Miryam merasa
bergembira bahwa pertanda nubuat yang diperoleh merupakan kebenaran lalu
Miryam bersegera memberitahu ayahnya dan Harun, supaya berdoa demi
keselamatan anak laki-laki ini. Sementara itu, Yukhabad berada dalam
kegelisahan antara menyerahkan sang putra kepada pemuka kaum Fir'aun
atau menuruti anjuran Miryam untuk menempatkan sang anak dalam perairan,
Yukhabad berdoa seraya menangis untuk menentukan nasib anaknya. Maka
Allah mewahyukan kepada Yukhabad, supaya menenangkan diri lalu
meletakkan anak tersebut ke dalam sebuah tabut kemudian menempatkan
tabut itu menuju sebuah sungai seraya mempercayakan nasib anak tersebut
kepada Yang Maha Melindungi. Yukhabad menempatkan sang anak dalam sebuah
tabut yang ia temukan lalu melepas tabut itu seraya berdoa: "Semoga
Allah memperdengarkan FirmanNya kepada dirimu, wahai putraku,
sebagaimana Dia menyampaikan penentraman untuk ibumu. Semoga Allah
mendengar perkataanmu wahai putraku, kiranya kelak engkau menyampaikan
penentraman untuk Dia; sehingga engkau berkenan untuk Dia; dan semoga
kelak engkau kembali kepada keluargamu dalam keadaan selamat..."
Yukhabad
mengakui bukti kebenaran pertanda nubuat Miryam lalu menyuruh gadis itu
mengikuti kemana tabut akan menepi. Miryam pun mendapati dari kejauhan
bahwa istri Fir'aun sedang menarik tubuh adiknya dari perairan seraya
wanita itu berkata "Musa, Musa." Miryam menduga hal ini merupakan
pertanda buruk sehingga ia khawatir tentang keselamatan Musa. Miryam
bersegera mendekat ke tengah kerumunan wanita yang hendak menyusui Musa,
supaya memastikan apa yang akan terjadi pada sang adik. Tatkala Musa
tidak mau menerima penyusuan dari siapapun; Miryam menyadari bahwa hal
ini merupakan cara Allah untuk mengembalikan Musa ke ibu kandungnya,
kemudian Miryam menawarkan bantuan supaya menghadirkan seorang wanita
yang sanggup menyusui Musa. Ketika Yukhabad dipertemukan kembali dengan
anaknya, perasaan sang ibu menjadi lega dan bersyukur bahwa Allah telah
memenuhi janji tentang Musa; sehingga Yukhabad dapat mengasuh Musa,
putra kandungnya.
Kehidupan di Istana Mesir
Setelah
beberapa waktu, Musa dijadikan sebagai anak angkat oleh istri Fir'aun
serta Musa bergelar seorang pangeran negeri Mesir. Ia belajar di istana
Mesir untuk mewarisi Ilmu-Ilmu khusus beserta Hikmah-Hikmah berharga
yang ditinggalkan Nabi Yusuf, salah seorang putra Nabi Ya'qub, yang
sebelumnya menjadi penguasa di negeri Mesir. Musa secara mudah menyerap
berbagai Ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba pilihan Allah. Musa
tidak seperti para pemuka kaum Fir'aun yang tidak mengimani Allah
sehingga kaum pemuka Fir'aun mengalami kesulitan untuk memahami
peninggalan berharga ini. Mewarisi Hikmah-Hikmah Yusuf, sosok Musa yang
masih muda memiliki kebijaksanaan mengungguli kaum tetua di Mesir.
Seisi
istana Fir'aun merasa heran terhadap Musa yang sanggup menyingkapkan
berbagai perkara rumit sebagaimana kemampuan istimewa nabi Yusuf,
sehingga Fir'aun mulai menduga bahwa Musa merupakan anak laki-laki yang
pernah diramalkan. Akan tetapi salah seorang pemuka dalam kaum Fir'aun
menyatakan bahwa perlu ada pembuktian tentang kebenaran dugaan itu sebab
anak yang diramalkan adalah seorang anak yang memiliki suara yang dapat
mengguncangkan bumi bahkan mencapai langit ketujuh. Pemuka itu menyuruh
Musa menyerukan perkataan bijaksana yang sanggup mengguncang bumi.
Tatkala Musa menyerukan ucapan, kaum yang tidak beriman itu tidak
sanggup memahami ataupun menjawab penjelasan Musa; dan mereka menganggap
Musa sebagai orang aneh yang ucapannya tidak lancar. Musa tidak lagi
dihadirkan di tengah-tengah para pemuka kaum Fir'aun sebab merasa malu
apabila Fir'aun yang telah mengaku dewa kemudian dipimpin oleh Musa,
berbeda dengan Raja Mesir terdahulu yang bersedia dipimpin oleh Yusuf.
Melarikan diri dari negeri Mesir
Sebagai
seorang yang berkedudukan di negeri Mesir, Musa berhak pergi kemanapun
ia kehendaki di wilayah Mesir, termasuk ketika Musa mengunjungi wilayah
Mesir yang ditempati Bani Israel. Ia terkejut mendapati Bani Israel
diperlakukan secara sewenang-wenang di negeri Mesir. Tatkala mendapati
seorang Mesir memukul seorang dari kalangan Bani Israel, Musa segera
mendekat dan mempertanyakan tindakan orang Mesir itu. Orang Mesir
menjawab bahwa seluruh Bani Israel adalah kaum budak sehingga boleh
diperlakukan sekehendak hati; seketika Musa membantah dengan menyatakan
bahwa Bani Israel adalah golongan pewaris hamba-hamba pilihan Allah.
Lalu orang Mesir itu menertawakan Musa seraya menantang sebuah bukti
kebenaran hukuman Allah akibat pemukulan kepada seorang hamba Allah,
jika benar bahwa Bani Israel memang golongan hamba Allah. Musa yang
dipenuhi amarah menyatakan bahwa Allah akan membalaskan penindasan
terhadap Bani Israel melalui tangannya. Sebagai balasan setimpal akibat
pemukulan terhadap seorang dari kalangannya, Musa memukul orang Mesir;
yang tanpa diduga menyebabkan kematian orang Mesir tersebut.
Musa
merasa terkejut melihat hal ini karena ia telah memukul seseorang
walaupun tidak memiliki niat membunuh orang itu. Ia menguburkan orang
Mesir itu lalu berlari sambil memohon pengampunan serta memohon
perlindungan kepada Allah terhadap persoalan ini. Keesokan harinya Musa
kembali mendapati dua orang berkelahi; keduanya sama-sama berasal dari
Bani Israel. Musa menyalahkan kedua orang itu, namun salah seorang dari
keduanya menyatakan telah mengetahui tindakan Musa sehari
sebelumnya, Musa pun merasa cemas dan berusaha mencari perlindungan.
Tatkala seisi Istana Mesir mendengar kabar ini, mereka memperdebatkan
tentang hukuman untuk Musa dalam beberapa waktu sehingga Allah
menyelamatkan Musa menghadapi persoalan ini. Sewaktu ketetapan terhadap
Musa telah diputuskan; salah seorang dari kalangan Musa yang mendengar
keputusan ini segera berlari menjumpai Musa supaya dapat meluputkan diri
terhadap hukuman kaum Fir'aun.
Musa
berdoa seraya memohon perlindungan terhadap kaum Fir'aun dalam
kepergiannya. Tatkala ia sampai di negeri Madyan, Musa mendapati dua
orang perempuan sedang menggembalakan ternak. Ketika mengetahui bahwa
mereka berdua sedang menunggu untuk memberi minum ternak, Musa
membukakan sebuah sumur air sehingga ternak itu dapat minum. Tatkala
Musa merasa letih akibat perjalanan meninggalkan Mesir, ia berdoa
memohon pertolongan Allah. Tak lama kemudian Musa mendapati seorang
perempuan yang telah ia bantu; perempuan itu mendekat dan bertanya
tentang diri Musa, Musa menyatakan bahwa ia datang dari Mesir, kemudian
Musa diundang ke rumah ayah perempuan itu yakni Yitro; sebab sang ayah
hendak memberi hadiah kepada orang yang membantu menggembalakan
ternaknya.
Tatkala
Musa sampai di rumah sang ayah dari perempuan itu, Musa memperkenalkan
diri dan menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Yitro menenangkan
Musa seraya berkata "Jangan khawatir sebab kamu telah selamat menghadapi
orang-orang zalim itu." Mendapati kekuatan tubuh Musa dan pribadi yang
terpercaya untuk menggembakan ternak; perempuan itu menyarankan kepada
sang ayah supaya menjadikan Musa sebagai penggembala yang bekerja untuk
keluarga mereka. Yitro menyadari pula bahwa perempuan-perempuan tak
seharusnya bekerja sebagai penggembala; maka Yitro berencana memberikan
salah seorang putrinya untuk Musa, dengan syarat bekerja menggembalakan
ternak selama delapan tahun, Yitro mengizinkan apabila Musa hendak
menggenapi masa bekerja menjadi sepuluh tahun. Musa bersedia menyanggupi
persyaratan ini, dan ia berjanji kepada Yitro; kemudian Musa dinikahkan
dengan anak perempuan Yitro. Selama tinggal di negeri Madyan, Musa
memperoleh dua putra.
Pengutusan ke negeri Mesir
Panggilan Ilahi kepada Musa
Tatkala
telah menyelesaikan persyaratan yang disepakati dengan Yitro; Musa
bersama keluarganya berangkat meninggalkan negeri Madyan. Pada sebuah
malam, Musa berjalan sambil membawa sebuah tongkat lalu ia mendapati
sebuah perapian di lereng Gunung Sinai, sedangkan anggota keluarga yang
lain tidak mendapati apapun di lereng gunung itu. Musa meminta
keluarganya berhenti sejenak dalam perjalanan supaya ia dapat memastikan
api apakah itu ataupun supaya ia dapat mengambil sesuluh api untuk
penghangat tubuh. Ketika Musa mencapai lereng itu, ia mendapati suara
yang memanggil: "Wahai Musa, sesungguhnya Akulah Tuhanmu Yang Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. Bahwa telah diberkahi orang-orang yang berada
di dekat api itu, maupun yang berada di sekitarnya; maka hendaklah kamu
lepaskan kedua terompahmu itu; sebab kamu berada di sebuah tempat yang
kudus, Thuwa, dan Akulah yang memilih dirimu untuk DiriKu; maka
hendaklah kamu memperhatikan hal-hal yang akan diwahyukan: Bahwasanya
Akulah Allah, Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikan
sembahyang untuk mengingat Aku. Sesungguhnya Hari Kiamat itu pasti akan
terlaksana; Aku merahasiakan itu supaya tiap-tiap diri dibalas sesuai
yang ia usahakan; maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan mengenai
perkara ini oleh orang yang tidak beriman maupun oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya sendiri, yang dapat menyebabkan dirimu menjadi
celaka."
Tatkala
Musa tidak berani mendekat, Allah berfirman kepada Musa; "Apakah itu
yang di tangan kananmu, wahai Musa?" Musa berkata: "Ini adalah
tongkatku, aku bersandar padanya, dan aku menggugurkan dedaunan
mempergunakan alat itu supaya dapat memberi makan ternakku, dan ada lagi
kegunaan yang lain padanya." Allah berfirman: "Lemparkan itu, wahai
Musa!" tatkala tongkat itu dilemparkan, tiba-tiba benda itu menjelma
sebagai seekor ular yang merayap secara gesit, seketika Musa berbalik
menjauh, Allah berfirman: "Peganglah itu dan jangan takut; sebab kamu
termasuk orang-orang yang terlindungi, bahwasanya orang yang dijadikan
Utusan tidak takut di hadapan Aku; namun orang yang berlaku zalim
kemudian kezaliman itu diganti dengan kebaikan, ketahuilah bahwa Akulah
Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." maka Allah akan mengembalikan ular
itu menjadi keadaan semula. Allah memerintahkan Musa mendekapkan tangan
ke dada niscaya tangan Musa tampak putih cemerlang tanpa celah, sebagai
dua mukjizat dari Allah, supaya Allah perlihatkan melalui diri Musa
sebagian Bukti Kekuasaan yang luar biasa.
Allah
berfirman kepada Musa: "Menghadaplah kepada Firaun; sebab ia telah
bertindak sewenang-wenang, dan ucapkan: "Bersediakah kamu untuk
memurnikan diri supaya kamu kubimbing menuju Jalan Tuhanmu agar kamu
takut terhadap Dia?" serta menghadaplah kepada kaum yang berlaku
sewenang-wenang itu; kaum Fir'aun, mengapakah mereka tidak bertakwa?"
Musa
merasa terkejut karena ia telah menerima perintah secara langsung dari
Allah sendiri bahkan ia diizinkan untuk mendengar Suara Allah secara
nyata. Meskipun demikian, Musa masih merendah diri dan menyatakan
dirinya tidak layak untuk tugas semacam ini, terlebih Musa masih belum
dapat melupakan kesalahannya berkenaan dengan kematian seorang Mesir.
Musa berkata: "Wahai Tuhanku sungguh aku pernah membunuh seorang manusia
yang termasuk golongan mereka, maka aku khawatir mereka akan membunuh
diriku; dan sungguh aku khawatir mereka akan membantah diriku sehingga
dadaku sempit dan ucapanku tidak lancar, maka utuslah Harun, saudaraku,
ia lebih fasih ucapannya dibanding diriku; sehingga utuslah Harun
mengiringi diriku sebagai rekanku untuk membantu diriku." Allah
menyatakan bahwa Dialah yang akan membantu Musa serta saudaranya itu,
dan Allah berikan kepada mereka berdua kekuasaan yang besar sehingga
kaum Fir'aun tidak dapat berbuat apapun terhadap Musa dan Harun, supaya
mereka berdua membawa berbagai mukjizat Allah, bahwa orang-orang yang
mengikuti Musa merupakan kubu yang berjaya. Allah memerintahkan pula
supaya Musa dan Harun tidak khawatir tatkala pergi dengan membawa
mukjizat-mukjizat Allah; sebab Allah yang menyertai mereka berdua dan
Allah Maha Mendengarkan doa hamba-hambaNya.
Setelah
menerima tugas pengutusan, Musa bersegera menyampaikan hal ini kepada
keluarganya. Musa menjelaskan bahwa ia harus pergi ke Mesir untuk
memenuhi sebuah perintah yang secara khusus Allah sampaikan kepada
dirinya di Gunung Sinai. Mereka pun kembali ke rumah Yitro, dan
berpamitan untuk berangkat ke Mesir. Musa mendapati Harun sewaktu sampai
di wilayah negeri Mesir, Harun berbahagia sebab masih dapat berjumpa
dengan Musa dalam keadaan selamat, sebab Harun mengkhawatirkan keadaan
Musa sejak kepergian dari istana Mesir, Harun menyampaikan rasa
kegelisahannya tentang kaum Fir'aun yang menindas Bani Israel. Walaupun
demikian, Musa menentramkan kakaknya seraya menyampaikan kabar gembira
bahwa Allah telah menyertai dirinya selama ia tinggal di negeri Madyan
serta ia memperoleh dua putra darisana dan bahwa Allah telah memanggil
ia untuk menerima pengutusan menghadap kepada Fir'aun, Musa juga
menyampaikan bahwa Allah telah mengabulkan permohonan agar Harun
diperkenan sebagai rekan Musa sewaktu menghadap kepada Fir'aun.
Musa dan Harun menghadap kepada Fir'aun
Ketika
hendak menghadap kepada Fir'aun, Musa memohon perlindungan kepada
Allah, Musa berdoa: "Wahai Tuhanku, lapangkan dadaku untuk diriku, dan
mudahkan urusanku untuk diriku, dan lepaskan kekakuan lidahku supaya
mereka mengerti ucapanku serta jadikan untuk diriku, seorang pengiring
dari kalangan keluargaku yaitu Harun, saudaraku; teguhkan kekuatanku
bersama dirinya dan teguhkan ia sebagai rekan dalam perjuanganku supaya
kami banyak mengagungkan Engkau, dan banyak mengingat Engkau; sungguh
Engkaulah Yang Maha Mengawasi kami." Allah berfirman: "Sungguh telah
diperkenankan permintaanmu, wahai Musa." Allah berfirman kepada
keduanya: "Janganlah kalian berdua khawatir, sesungguhnya Aku menyertai
kalian, Akulah Yang Maha Mendengar dan Akulah Yang Maha Mengawasi.
Berangkatlah kamu beserta saudaramu membawa berbagai mukjizatKu, dan
janganlah kalian berdua melalaikan diri dalam mengingat Aku.
Menghadaplah kalian berdua kepada Firaun, sungguh ia telah melampaui
batas; lalu berbicaralah kepada Fir'aun melalui ucapan-ucapan yang lemah
lembut, kiranya ia tersadar atau takut."
Sewaktu
Musa datang ke Istana Mesir, banyak bangsawan dari berbagai negeri
hadir atas undangan Fir'aun. Ketika para penjaga istana melihat Musa,
tangan dan kaki mereka tidak dapat bergerak sehingga Musa beserta Harun
secara mudah menghadap kepada Fir'aun. Seisi istana Fir'aun terkejut
bahwa ada tamu yang tidak bersujud kepada Fir'aun. Fir'aun berkata
kepada keduanya: "Pada hari ini segala bangsawan di wilayahku hadir
membawa banyak persembahan atas undanganku; supaya mereka bersujud
menyembah dewa Mesir, yakni diriku, lalu siapakah kalian berdua yang
berani menghadap kepada diriku tanpa merendah diri dan siapakah yang
menyuruh kalian datang ke tempat ini dan apakah yang kalian bawa kepada
diriku?" Musa berkata: "Wahai Fir'aun, Sesungguhnya kami berdua adalah
Utusan Tuhanmu, merupakan kewajibanku untuk tidak mengatakan sesuatu
tentang Allah, kecuali yang perkara yang benar; bahwasanya aku menghadap
kepada dirimu dengan membawa berbagai bukti nyata dari Tuhanmu, maka
serahkan hamba-hamba Allah bersama kami dan jangan menindas mereka;
sungguh aku merupakan seorang Utusan yang terpercaya untuk dirimu, dan
janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah, bahwasanya kami telah
datang kepada dirimu dengan membawa berbagai Bukti dari Tuhanmu; maka
kesejahteraan dilimpahkan untuk orang yang menuruti bimbingan;
Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami berdua bahwa Malapetaka itu
ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan dan yang berpaling." Akan
tetapi Fir'aun mendustakan seraya menyombongkan diri, serta berpaling
seraya berusaha menantang.
Fir'aun
menjawab: "Bukankah kami pernah mengasuh dirimu di tengah-tengah kami
sewaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu pernah tinggal di tengah-tengah
kami selama beberapa tahun dalam hidupmu dan kamu telah terlibat dalam
suatu perkara yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan
orang-orang yang tidak membalas guna." Musa berkata: "Diriku telah
melakukan tindakan itu, sewaktu aku termasuk orang-orang yang khilaf;
bukankah manusia pasti pernah berbuat dosa? dan Allah adalah Yang Maha
Pengampun terhadap segala orang yang bertobat secara tulus maupun orang
yang berbuat kebajikan; lalu aku harus melarikan diri meninggalkan
kalian ketika aku mencemaskan hukuman kalian, kemudian Tuhanku
mengaruniakan Ilmu kepada diriku; serta Dialah yang menjadikan diriku
termasuk golongan Utusan, bahwasanya hal ini adalah anugerah yang Allah
berikan untuk diriku disebabkan kalian telah memperbudak Bani
Israel, akan tetapi Allah menyelamatkan diriku dan Dialah yang
melindungi diriku supaya aku menghadap kepada kalian. Ketahuilah bahwa
Bani Israel adalah hamba-hamba Allah, oleh sebab itu bebaskan mereka,
yakni orang-orang merdeka keturunan Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yakni para
hamba milik Allah, Tuhan kami berdua."
Walaupun
Fir'aun sebenarnya mempercayai ucapan Musa, namun rasa kesombongan
merintangi akal sehat sehingga Fir'aun mengeraskan kalbu serta enggan
untuk benar-benar mempercayai ucapan Musa, Firaun berkata: "Lalu
siapakah Tuhan kalian berdua, wahai Musa?" Musa berkata: "Tuhan kami
berdua ialah Yang telah Menentukan rancangan pada tiap-tiap
sesuatu, kemudian Dialah yang memberinya petunjuk" Firaun berkata: "Dan
bagaimanakah keadaan umat-umat terdahulu?" Musa menjawab: "Pengetahuan
tentang itu berada dalam sebuah Kitab pada sisi Tuhanku, Tuhan kami
berdua takkan salah dan Dia takkan lupa, Tuhan kami berdua adalah
Tuhannya semesta alam." Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhannya semesta alam
itu?" Musa menjawab: "Tuhan yang Menciptakan langit beserta bumi maupun
yang ada antara keduanya." Fir'aun berkata kepada orang-orang di
sekelilingnya: "Apakah kalian tidak mendengarkan?" Musa berkata kepada
seisi istana itu: "Tuhan kalian maupun Tuhannya para leluhur kalian yang
terdahulu." Fir'aun berkata kepada seisi istana: "Sesungguhnya Utusan
yang diutus kepada kalian benar-benar orang gila." Musa berkata:
"Tuhannya Timur maupun Barat beserta yang berada antara keduanya, jika
kalian memang mempunyai akal" Fir'aun berkata: "Sungguh apabila kamu
menyembah dewa selain aku, pasti akan aku menjadikan dirimu sebagai
orang yang hina."Musa berkata: "Dan bagaimanakah jika aku tunjukkan
kepada dirimu berbagai Bukti yang nyata?" Fir'aun berkata: "Buktikan hal
yang nyata itu, jika kamu termasuk golongan yang benar." maka Musa
melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu menjelma sebagai
seekor ular yang nyata, kemudian Musa mengeluarkan tangannya maka
seketika itu pula tangannya menjadi putih bercahaya bagi orang-orang
yang memandang. Namun Fir'aun justru berkata: "ia adalah seorang ahli
sihir yang mahir."
Melihat
kedua mukjizat ini, Fir'aun serta para pemuka kaumnya justru meremehkan
Musa; para pemuka kaum Fir'aun turut berlaku congkak dan mengingkari
Musa walaupun di dalam hati mereka beriman kepada Musa; para pemuka kaum
Fir'aun menyatakan bahwa kedua tindakan Musa merupakan sihir yang
dibuat-buat, Musa pun membantah: "Apakah kalian mengatakan terhadap
Bukti Kebenaran sewaktu ia datang kepada kalian: "Bukankah ini sihir?"
padahal ahli-ahli sihir tidaklah mendapat kemenangan." Akan tetapi kaum
Fir'aun tetap berdalih: "Apakah kalian berdua datang kepada kami untuk
memalingkan kami dari segala yang kami dapati telah dikerjakan oleh kaum
leluhur kami, bahkan kami belum pernah mendengar hal ini dari leluhur
kami ataukah supaya kalian berdua mempunyai kedudukan di muka bumi?
sungguh kami takkan mempercayai kalian berdua." Harun menjawab: "Apakah
kalian lebih mempercayai ucapan dari leluhur kalian yang telah mati
dibanding Tuhan Yang Menghidupkan diri mereka maupun diri kalian? dan
benarkah kalian merasa memiliki kedudukan di bumi?, Tidakkah kalian
ingat bahwa kalian tidak ada sama sekali pada waktu langit dan bumi
diciptakan? dan tidakkah kalian akan lenyap di muka bumi dalam keadaan
serupa dengan tanah? maka bukankah Tuhan yang mengaruniakan kedudukan
kepada orang yang Dia perkenan serta Dialah yang merenggut pula
kedudukan itu dari orang yang Dia kehendaki."
Fir'aun
dan para pemuka kaumnya tidak memperhatikan ucapan keduanya melainkan
berlagak seraya meninggikan diri dan mereka congkak dengan hanya
membandingkan kedudukan duniawi; kaum Fir'aun mengatakan: "Apakah kami
percaya kepada dua orang manusia yang serupa diri kami juga, padahal
kalangan mereka berdua merupakan orang-orang yang menghambakan diri
terhadap kita?" dengan demikian mereka berani menyombongkan diri
terhadap perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui kedua
UtusanNya, Musa dan Harun. Musa menjawab: "Tuhanku lebih Mengetahui
tentang orang yang patut membawa Bimbingan dari sisiNya, dan kelak
kalian akan mengerti siapa yang akan memperoleh pencapaian di negeri
Akhirat; bahwa sebenarnya Bani Israel merupakan hamba-hamba Allah sebab
Allah adalah Pemilik mereka. dan Allah hendak mengadakan Perjanjian
kepada mereka sebagai umat yang istimewa, dan ketahuilah bahwa
orang-orang yang berlaku sewenang-wenang takkan memperoleh kemenangan
dan sungguh aku berlindung pada Tuhanku maupun Tuhanmu, terhadap
keinginanmu merajam diriku; dan sekiranya kamu tidak beriman pada diriku
maka biarkan aku."
Pertarungan melawan para ahli sihir
Seisi
istana Mesir takjub terhadap dua mukjizat yang dihadirkan pada diri
Musa, mereka pun merasa kesulitan untuk membantah bukti jelas di hadapan
mata mereka sendiri. Pada akhirnya mereka menganggap bahwa Musa dan
Harun adalah dua ahli sihir yang sedang mengadakan sihir supaya
meruntuhkan kedudukan Fir'aun di negeri Mesir. Firaun berkata: "Adakah
kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami
mempergunakan sihirmu itu, wahai Musa? dan kami pun pasti akan
mendatangkan pula sihir semacam itu di hadapanmu maka adakan suatu waktu
pertandingan antara kami melawan kamu, yang tidak akan kami salahi dan
tidak pula kamu dicurangi, pertandingan itu bertempat di pusat negeri."
Musa berkata: "Waktu untuk pertandingan melawan kalian ialah di sebuah
hari raya, dan hendaklah banyak orang dikumpulkan pada waktu matahari
terbit." lalu Firaun berpaling serta merencanakan tipu daya, kemudian ia
datang. Musa berkata kepada mereka: "Celakalah kalian, janganlah kalian
mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, yang dapat menyebabkan Dia
menumpas kalian melalui Malapetaka pedih. Sesungguhnya orang yang
mengada-adakan kedustaan pasti ditimpa celaka." kaum Fir'aun
berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan mereka merahasiakan
percakapan itu. Terdapat salah seorang tokoh bangsawan Mesir yang
berusaha menyadarkan Fir'aun tentang azab Ilahi seraya mengingatkan
tentang ajaran Yusuf semasa berkuasa di Mesir. Akan tetapi, Fir'aun
justru meninggikan diri seraya menyatakan bahwa dirinya lebih benar
dibanding Musa. Sewaktu mendapati penolakan dari Fir'aun, tokoh
bangsawan tersebut berusaha menyadarkan kaum Fir'aun tentang kesia-siaan
kehidupan duniawi serta menganjurkan mereka supaya beriman kepada
Allah. Namun para pengikut Fir'aun justru mengajak supaya kafir terhadap
Allah. Tatkala tokoh bangsawan tersebut berserah diri kepada Allah,
Allah melindunginya terhadap berbagai azab yang melanda kaum Fir'aun.
Tatkala
pertandingan itu dilaksanakan, banyak orang hadir termasuk kalangan
Bani Israel dan para bangsawan yang diundang oleh Fir'aun. Fir'aun
bekata: "Pada hari ini semua orang akan mengakui siapakah yang lebih
kuat, Utusan yang dihadirkan oleh Tuhannya Bani Israel ataukah para
utusan yang dihadirkan oleh dewa Mesir, yakni diriku. semoga kita
mengikuti kubu yang menang; sebab betapa terhormat kubu yang menang pada
hari ini!" Tatkala ahli sihir itu datang kepada Fir'aun, mereka
mengatakan: "Benarkah kami akan mendapat upah apabila kami yang menang?"
Fir'aun menjawab: "Tentu saja, kalian pasti akan dijadikan golongan
terhormat yang didekatkan." Ketika Musa muncul menghadapi orang-orang
itu, para ahli sihir berkata: "Wahai Musa, kamukah yang hendak melempar
terlebih dahulu, ataukah kami yang hendak melemparkan?" Musa menjawab:
"Lemparkanlah!" Tatkala mereka melempar, tali-tali dan tongkat-tongkat
mereka tampak seolah merayap cepat lantaran tipu daya sihir, sehingga
mengelabui penglihatan banyak orang dan menjadikan banyak orang itu
takut, serta para ahli sihir itu menampakkan sihir yang
menakjubkan. Setelah itu, Allah berfirman kepada Musa: "Jangan takut,
sungguh kamulah yang paling unggul dan lemparkan yang berada ada di
tangan kananmu, niscaya itu akan menelan apa yang mereka tipu dayakan
sebab yang mereka perbuat itu merupakan tipu daya tukang sihir." Para
ahli sihir berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, kami benar-benar akan
menang." Allah berfirman: "Dan tidak akan menang tukang-tukang sihir
itu, bagaimanapun mereka bertindak" Musa berkata: "Apa yang kalian
lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah yang akan menampakkan
kelemahannya; sungguh Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya
tindakan orang-orang yang mengadakan kekacauan dan Allah akan
mengokohkan Kebenaran melalui KetetapanNya walaupun orang-orang yang
berdosa tidak menyukai hal ini." dan Allah wahyukan kepada Musa:
"Lemparkan tongkatmu!" kemudian seketika tongkat itu menelan benda-benda
yang mereka sihirkan, sehingga Kebenaran yang berjaya, sedangkan segala
yang para ahli sihir usahakan menjadi sia-sia.
Para
ahli sihir tersebut takluk di tempat itu dan mereka menjadi orang-orang
yang kalah; bahkan menundukkan diri seraya bersujud, mereka berkata:
"Kami beriman kepada Tuhannya semesta alam, Tuhannya Musa maupun
Harun." Fir'aun berkata: "Apakah kalian beriman kepada Musa sebelum aku
memberi izin kepada kalian? ini pasti adalah suatu muslihat yang telah
kalian rencanakan di dalam kota ini untuk menyesatkan seisi penduduknya
melalui perkara demikian, sungguh ia adalah pemimpin kalian yang
mengajarkan sihir kepada kalian. kelak kalian akan mengetahui bahwa aku
akan memotong tangan beserta kaki kalian secara bersilang dan bertimbal
balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kalian pada pangkal pohon
kurma dan sesungguhnya kalian akan mengetahui siapa di antara kita yang
lebih pedih dan lebih kejam dalam menyiksa." Ahli-ahli sihir itu
menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhan, kami berpulang. kami takkan lebih
mengutamakan kamu dibanding berbagai bukti nyata yang telah datang
kepada kami maupun dibanding Tuhan yang telah menciptakan kami. maka
putuskan perkara yang hendak kamu putuskan, bahwa kamu hanya dapat
bertindak dalam kehidupan di dunia ini saja; sungguh kami telah beriman
kepada Tuhan kami, kiranya Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami
maupun sihir yang telah kamu paksakan supaya kami lakukan. Bahwasanya
Allah adalah Yang Terbaik dan Yang Abadi. Sungguh barangsiapa menghadap
kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa maka sungguh disediakan Neraka
Jahanam untuk orang itu, kemudian orang itu tidak mati dan tidak hidup
disana, sedangkan barangsiapa menghadap kepada Tuhannya dalam keadaan
beriman serta bersungguh-sungguh memperbuat berbagai kebajikan, maka
mereka itulah orang-orang yang memperoleh kedudukan-kedudukan terhormat;
Surga 'Adn yang dialiri sungai-sungai di bawahnya, mereka disana
selamanya. Dan itulah balasan untuk orang yang murni dan kamu tidak
menyalahkan kami melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat
Tuhan kami tatkala ayat-ayat itu datang kepada kami; sungguh kami sangat
menginginkan kiranya Tuhan kami mengampuni berbagai kesalahan kami,
karena kami adalah orang-orang yang bersegera untuk beriman." Para ahli
sihir itu berdoa: "Ya Tuhan kami, limpahkan kesabaran kepada kami dan
wafatkan kami dalam keadaan berserah diri."
Berdakwah kepada Bani Israel
Mendapati
kubu kaum Fir'aun takluk dalam pertarungan melawan Musa, banyak
penduduk Mesir menghormati kedudukan Musa serta mengakui Musa sebagai
Utusan Allah. Walaupun semula kaum Fir'aun berniat untuk merendahkan
Musa dan supaya menyamakannya sebagai tukang sihir, mereka justru
mendapati banyak orang meyakini bahwa Musa bukan seorang manusia biasa
bahkan penduduk Mesir itu sendiri ketakutan untuk bertindak sesuatu
terhadap Musa. Tatkala Bani Israel merasa yakin bahwa Allah telah
mengutus Musa untuk mereka, maka banyak orang dari Bani Israel yang
meminta perlindungan kepada Musa menghadapi penindasan kaum Fir'aun;
Musa pun menyatakan bahwa ia bukanlah yang sanggup dimintai pertolongan
melainkan ia memerintahkan Bani Israel supaya memohon perlindungan
kepada Allah Yang Maha Melindungi; serta Musa mengingatkan bahwa Bani
Israel adalah kaum keturunan pewaris Ibrahim, Ishaq danYa' qub;
ketiga manusia yang dipilih Allah, berdasar sikap penghambaan kepada
Allah, oleh sebab itu Bani Israel juga harus meneladani sikap Ibrahim
yang setia dan bersedia mengorbankan banyak hal sekalipun nyawanya
sendiri, demi membuktikan ketulusan pengabdiannya untuk Allah. Sehingga
Bani Israel membuktikan diri sebagai orang-orang yang rela menyerahkan
apapun untuk Allah serta supaya mereka teruji setia kepada Allah dalam
segala keadaan. Sebagaimana Ibrahim memperoleh janji dari Allah bahwa
seisi bumi diwariskan untuk kaum keturunan Ibrahim, yakni orang-orang
yang bersedia benar-benar menghamba kepada Allah. Musa memberitahukan
pula bahwa Bani Israel sebagai kaum keturunan Ibrahim akan memperoleh
perjanjian abadi tentang berbagai karunia istimewa dari Allah. Musa juga
memohon kepada Allah supaya menumpas para musuh Bani Israel dan Musa
berdoa supaya kelak Bani Israel menjadi kaum penguasa dan kaum pewaris
di muka bumi.
Mayoritas
Bani Israel yang telah diperbudak bangsa Mesir, merasa tidak berani
menyatakan sikap keimanan kepada Allah sehingga tiada yang
terang-terangan menyatakan beriman kepada Musa selain para pemuda dari
kalangan suku Lawwy yang berada dalam keadaan khawatir bahwa Fir'aun
beserta para pemuka kaum Fir'aun hendak menindas mereka juga,sebab hanya
suku ini yang tidak turut diperbudak di Mesir. Musa berkata: "Wahai
kaumku, jika kalian beriman kepada Allah maka hendaklah kalian menaruh
kepercayaan kepada Dia saja, apabila kalian memang berserah diri." lalu
mereka berkata: "Kepada Allah, kami menaruh kepercayaan!", mereka
berdoa: "Wahai Tuhan kami, jangan kiranya Engkau jadikan kami sasaran
penindasan bagi golongan yang sewenang-wenang itu, dan selamatkan kami
melalui anugerahMu menghadapi orang-orang kafir." Allah mewahyukan
kepada Musa beserta Harun supaya mendirikan rumah-rumah di negeri Mesir
sebagai tempat tinggal bagi kalangan mereka serta supaya menyediakan
tempat-tempat shalat di rumah-rumah itu. Allah juga memerintahkan mereka
mendirikan shalat serta menenangkan kegelisahan orang-orang beriman.
Kesombongan Fir'aun beserta para pengikutnya
Fir'aun
mendapati banyak orang yang tidak mau lagi menyembah dirinya dan para
pemuka dalam kaum Fir'aun juga menyampaikan rasa khawatir tentang Bani
Israel yang mulai menolak bekerja sebagai budak seraya mengatakan bahwa
tuan Bani Israel bukanlah orang-orang Mesir melainkan Allah, Tuhannya
para leluhur mereka, serta mereka menyatakan bahwa Allah akan
menghadirkan hukuman-hukuman pedih kepada orang-orang yang menyakiti
hamba-hambaNya. Fir'aun tetap berkeras diri seraya berkata: "Wahai
kalangan pemuka kaumku, aku tidak mengetahui ada dewa bagi kalian selain
diriku" lalu Fir'aun memerintahkan Haman mendirikan bangunan yang
tinggi supaya Fir'aun dapat naik sampai ke gerbang-gerbang langit untuk
melihat Tuhannya Musa, sebab Flr'aun menganggap Musa termasuk golongan
pendusta. Fir'aun dan bala pasukannya berlaku angkuh di muka bumi dan
mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Allah.
Dalam
kesombongan diri, Fir'aun berseru kepada kaumnya: "Wahai kaumku,
bukankah kerajaan Mesir ini milikku beserta sungai-sungai yang mengalir
di bawahku maka apakah kalian tidak mengetahui? bukankah aku lebih baik
dibanding orang hina dan hampir tidak dapat menjelaskan? mengapa tidak
dipakaikan pada dirinya; gelang emas ataupun malaikat hadir bersama-sama
dengan ia." maka Fir'aun berhasil membujuk kaumnya sebab mereka
merupakan kaum yang fasik.Kemudian Musa mengadu kepada Tuhannya:
"Sesungguhnya kaum ini adalah kaum yang berdosa."
Dan
Fir'aun berkata: "Biarkan aku yang membunuh Musa dan hendaklah ia
memohon kepada Tuhannya, karena sungguh aku khawatir ia akan mengganti
agama kalian ataupun menimbulkan kekacauan di muka bumi." Musa berkata:
"Sungguh aku berlindung kepada Tuhanku maupun Tuhanmu terhadap segala
orang congkak yang tidak beriman terhadap Hari Perhitungan." Musa dan
Harun mengadu kepada Allah: "Wahai Tuhan kami, sungguh Engkau telah
memberi kepada Fir'aun serta para pemuka kaumnya; perhiasan maupun harta
kekayaan duniawi. Wahai Tuhan kami, sungguh mereka telah menyimpang
terhadap JalanMu. Wahai Tuhan kami, binasakan harta benda mereka, dan
keraskan kalbu mereka sehingga mereka tidak beriman sampai ketika mereka
ditimpa Malapetaka pedih." Allah berfirman: "Sesungguhnya telah
diperkenan pengaduan kalian berdua, oleh sebab itu tetaplah kalian
berdua berada pada Jalan Lurus dan janganlah sekali-kali kalian
mengikuti adat orang-orang yang tidak mengetahui."
Demikianlah
Fir'aun menganggap baik perbuatan keji itu; dan ia dihalangi untuk
menerima Kebenaran; dan tindakan Fir'aun itu tidak lain hanyalah
menimbulkan celaka. Maka ia mengumpulkan lalu memanggil kaumnya. Fir'aun
berkata: "Akulah dewa kalian yang paling hebat." Kemudian Allah
menetapkan Ketetapan bahwa kaum Fir'aun termasuk golongan yang pantas
dibinasakan; maka Allah meneguhkan Ketetapan untuk menumpas Fir'aun
melalui Hukuman pedih di Akhirat maupun di dunia.
Hukuman-Hukuman terhadap kaum Fir'aun
Akibat
kaum Fir'aun menolak menuruti perintah-perintah Allah melalui Musa dan
Harun; maupun menolak melepas golongan hamba Allah, yakni Bani Israel,
maka Allah menimpakan berbagai hukuman bencana kepada bangsa Mesir
melalui musim kemarau yang lama dan jumlah buah-buah yang sedikit supaya
kaum Fir'aun tersadar atas kedurhakaan mereka; kemudian Allah timpakan
kesembilan bencana dahsyat melalui perantaraan Musa, yang juga diketahui
oleh Bani Israel. Allah menimpakan berbagai bencana yang semakin pedih
kepada kaum Fir'aun; yakni berupa angin topan, wabah belalang, kutu,
katak serta darah sebagai berbagai Bukti azab Ilahi namun kaum Fir'aun
tetap menyombongkan diri.
Sewaktu
kaum Fir'aun ditimpa bencana; mereka tuduhkan penyebab bencana itu
kepada Musa beserta orang-orang yang bersama dirinya. Lalu mereka
memohon seraya berjanji kepada Musa: "Wahai Musa, mohonkan untuk kami
kepada Tuhanmu mempergunakan kenabian yang diakui Allah berada pada
sisimu; sungguh jika kamu dapat menghilangkan bencana itu dari
tengah-tengah kami, pasti kami akan beriman kepada dirimu dan kami akan
melepaskan Bani Israel pergi bersama dirimu" setelah Allah menghilangkan
bencana itu terhadap kaum Fir'aun hingga batas waktu tertentu,
tiba-tiba kaum tersebut justru melanggar janji mereka sendiri sambil
mengatakan: "Ini adalah karena usaha kami sendiri" kaum Fir'aun tetap
berkeras diri serta enggan mengakui bahwa bencana-bencana itu berasal
Ketetapan Allah. kaum Fir'aun berkata kepada Musa: "Bagaimanapun kamu
mendatangkan berbagai Bukti kepada kami untuk menyihir kami
mempergunakan bermacam-macam Bukti itu, sungguh kami takkan beriman
kepada dirimu." kaum Fir'aun tidak mempertimbangkan berbagai Bukti
tersebut sebab mereka sewenang-wenang menyombongkan diri terhadap Allah
sehingga sebuah Keputusan telah mutlak bagi Allah, bahwa kaum Fir'aun
merupakan kaum takabur yang pantas untuk dibinasakan.
Fir'aun
bahkan mengumpulkan seluruh penduduk Mesir dan memerintahkan mereka
supaya mengadakan sumpah kepada anak-anak mereka agar kelak melenyapkan
seluruh pengikut Musa dari tanah Mesir, kemudian Fir'aun pergi menemui
Musa: "Sungguh aku menganggap dirimu, wahai Musa, sebagai seorang yang
kena sihir." Musa menjawab: "kamu sebenarnya telah memahami, bahwa tiada
yang sanggup menghadirkan mukjizat-mukjizat maupun bencana-bencana itu
selain Tuhan Yang Memelihara langit maupun bumi sebagai berbagai bukti
yang nyata, dan sesungguhnya aku menganggap dirimu, wahai Fir'aun,
sebagai seorang yang akan binasa." maka Allah melindungi Musa terhadap
tindakan jahat mereka. Fir'aun pun berkata: "Mungkin kami akan binasa,
namun ketahuilah bahwa kami telah mewariskan sumpah kepada anak-anak dan
cucu-cucu kami supaya mereka bersumpah melenyapkan anak cucu kalian dan
melenyapkan nama kalian dari muka bumi ini." Musa pun menjadi geram
seraya menjawab: "Maka camkanlah! sesungguhnya Allah telah bersumpah
bahwa bumi ini diwariskan untuk Ibrahim dan keturunannya; keturunan
Ishaq, yang kemudian diwariskan kepada Israel, dan mereka inilah
golongan pewaris Israel; lalu betapa keji niat kalian itu! kiranya Allah
yang membunuh anak-anak kalian dan kiranya Dialah yang melenyapkan nama
kalian dari muka bumi pada malam ini juga."
Kemudian
Allah memerintahkan Bani israel melalui Musa supaya mereka beribadah
secara bersungguh-sungguh pada malam tersebut sebab Allah sendiri hendak
datang pada malam tersebut untuk menimpakan hukuman terakhir kepada
kaum Fir'aun, yakni membunuh seluruh anak-anak kaum Fir'aun akibat
anak-anak itu telah bersumpah untuk melenyapkan keturunan para pengikut
Musa.
Hijrah dari negeri Mesir
Allah
memerintah Musa supaya mengajak Bani Israel bergegas mempersiapkan
perbekalan lalu meninggalkan negeri Mesir. Musa menyampaikan pula kepada
Bani Israel agar mereka memuati perbekalan dari negeri Mesir serta
mengambil segala barang yang diberikan oleh orang-orang Mesir sebagai
upah atas segala pekerjaan mereka di negeri Mesir. Orang-orang Mesir
merasa ketakutan terhadap Bani Israel dan orang-orang Mesir menganggap
harta benda tidak lagi berguna sejak kematian anak-anak sekaligus kaum
pewaris bangsa Mesir. Setelah mendapati seluruh keturunan di istana
Fir'aun telah mati, Fir'aun beserta para pemuka kaumnya meratap serta
berkabung atas musibah ini.
Sementara
Bani Israel mengambil banyak harta benda dan perhiasan di negeri Mesir,
Musa mencari sebuah warisan berharga dari keluarga Ya'qub yang masih
berada di tanah Mesir dan ia berhasil menemukannya, yakni jasad Yusuf
yang telah lama disembunyikan oleh kaum pemuka bangsa Mesir. Sewaktu
masih tinggal di istana Fir'aun; Musa mengetahui kabar bahwa kaum pemuka
bangsa Mesir telah mengawetkan jasad Yusuf di sebuah tempat khusus.
Oleh sebab Yusuf merupakan pewaris utama dari berkat Ibrahim, Ishaq dan
Ya'qub; sehingga dimanapun jasad Yusuf berada maka Allah akan melimpahi
kemakmuran di wilayah itu. Musa menyadari pula bahwa Allah telah
menjanjikan Yusuf sebagai tanda penyelamatan untuk Bani Israel.
Sebagaimana Allah telah memuliakan kedudukan Yusuf, yang bertujuan
menyelamatkan keberlangsungan hidup seluruh keluarga Ya'qub melalui
kedatangan mereka ke negeri Mesir semasa menghadapi wabah kelaparan;
demikian halnya Allah akan berkenan menyelamatkan Bani Israel sewaktu
meninggalkan negeri Mesir apabila umat itu bersedia menghargai jasa-jasa
Yusuf, yakni melalui pengangkutan jasad putra kesayangan Israel ini
berpulang menuju tanah airnya.
Pembelahan Laut Merah
Bani
Israel meninggalkan negeri Mesir dalam keadaan terburu-buru sebab Allah
telah memerintahkan supaya bergegas berangkat pada malam tersebut. Bani
Israel mengangkut banyak ternak serta muatan harta benda saat berangkat
dari negeri Mesir. Allah juga menghadirkan sebuah naungan yang
melindungi Bani Israel dalam keberangkatan ini. Sementara itu, ketika
seisi istana Fir'aun sedang meratapi segala bencana yang telah melanda
mereka; Fir'aun masih tetap berkeras diri dan berusaha menyesatkan
kaumnya. Akibat menolak mengakui Bani Israel sebagai hamba-hamba Allah,
Fir'aun maupun seluruh pengikutnya berikrar untuk melenyapkan mereka
dari muka bumi. Akan tetapi kaum Fir'aun merasa sangat murka ketika
mendapati tiada seorang pun dari Bani Israel masih berada di negeri
Mesir; Fir'aun berkata: "Sesungguhnya mereka benar-benar golongan kecil,
dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan kemurkaan kita
dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga."
Maka
Fir'aun dan bala tentaranya menyiapkan kendaraan untuk mengejar Bani
Israel dan hampir menyusuli mereka di pesisir Laut Merah sewaktu
matahari terbit; setelah kedua golongan itu dapat saling melihat, para
pengikut Musa berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul."
Musa menjawab: "Mustahil akan tersusul; sebab Tuhanku menyertai diriku;
bahwa Dialah akan memberi petunjuk kepada diriku." lalu Allah wahyukan
kepada Musa: "Pukulah lautan itu mempergunakan tongkatmu!" seketika
lautan itu terbelah dan tiap-tiap belahan laut menyerupai pegunungan
besar kemudian Bani Israel segera melalui jalan kering diantara lautan
yang terbelah itu; Bani Israel percaya bahwa Allah yang telah
menghadirkan mukjizat yang bertujuan menyelamatkan mereka terhadap
kejaran bala tentara Fir'aun.
Bala
tentara Fir'aun turut menyaksikan salah satu keajaiban terbesar yang
Allah karuniakan untuk Bani Israel; bala tentara ini berhenti seraya
takjub terhadap kejadian ini. Namun kesombongan Fir'aun kembali memaksa
dirinya untuk mengingkar, Fir'aun berkata: "Apakah kita datang ke tempat
ini agar duduk dan menyaksikan Bani Israel pergi begitu saja, bukankah
kita telah bersumpah supaya mencincang dan melenyapkan mereka dari muka
bumi," seketika kaum Fir'aun segera bergegas ke jalan kering di
tengah-tengah lautan itu. Sewaktu kaum Fir'aun berada di tengah-tengah
tanah kering itu, tiba-tiba mereka merasa kelelahan dan tidak sanggup
bergerak, maka Allah hantamkan kedua lautan itu untuk menenggelamkan
serta menghancurkan tubuh bala tentara Fir'aun menjadi berkeping-keping.
Ketika Fir'aun hampir tenggelam; ia berucap: "Saya percaya bahwa tiada
Tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan saya termasuk
orang-orang yang berserah diri." Namun Allah menolak pernyataan ini
sebab Fir'aun telah mendurhaka sejak dahulu tatkala Fir'aun berada dalam
keadaan makmur; serta Fir'aun termasuk orang-orang yang mengadakan
kekacauan di muka bumi. Pada hari itu Allah luputkan jasad Fir'aun dari
hancur berkeping-keping supaya Fir'aun menjadi pelajaran bagi generasi
berikutnya.
kaum
Fir'aun dinaungi kutukan di dunia maupun kutukan di Akhirat, bahwa pada
hari kiamat Fir'aun akan memimpin kaumnya lalu melempar mereka sebagai
golongan yang dicampakkan ke dalam Neraka oleh sebab kaum Fir'aun
membantah serta menyombongkan diri terhadap segala perintah Allah maupun
segala mukjizat Allah, serta akibat memandang rendah dua Utusan Allah,
Musa dan Harun, bahkan kaum tersebut secara sewenang-wenang
memperlakukan Bani Israel, umat milik Allah, maka Allah jadikan kaum
Fir'aun sebagai kiasan dan contoh bagi generasi terkemudian.
Perjalanan menuju negeri warisan
Melalui
penyelamatan Bani Israel terhadap bala tentara Fir'aun; Allah telah
menggenapi Ketetapan yang baik untuk Bani Israel sebagai umat yang
diselamatkan Allah oleh karena kesabaran mereka, dan telah Allah
hancurkan segala yang telah dirancang maupun yang telah didirikan oleh
Fir'aun beserta kaumnya. Allah hendak memberi "negeri warisan" kepada
kaum yang telah ditindas itu, bagian timur bumi dan bagian baratnya yang
telah Allah berkahi.
Setelah
Bani Israel berada seberang lautan itu, mereka sampai kepada suatu kaum
penyembah berhala, sebagian dari mereka berkata: "Wahai Musa, dirikan
untuk kami sebuah dewa sebagaimana mereka mempunyai beberapa dewa." Musa
menjawab: "Sesungguhnya kalian ini adalah golongan yang tidak
mengetahui, sebab mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianut
oleh mereka sendiri dan akan sia-sia segala hal yang selalu mereka
kerjakan." lalu Musa berkata : "Patutkah aku mencari sembahan untuk
kalian selain Allah, padahal Dialah yang telah mengistimewakan kalian
melampaui semesta alam."
Sewaktu
jumlah perbekalan makanan semakin sedikit; Bani Israel sering mengeluh
kepada Musa tentang yang akan mereka makan maupun yang akan mereka minum
dalam perjalanan ini. Kemudian Allah menurunkan hujan mannasebagai
makanan khusus untuk seluruh umat itu, serta Allah sediakan sumber
minuman untuk umat ini berupa banyak aliran sungai melalui celah
bebatuan. Allah hendak menyadarkan Bani Israel supaya senantiasa
mengingat seraya bersyukur bahwa segala makanan berasal dari langit oleh
karena Kebaikan Allah, sebab Allah yang telah mengaruniakan air yang
menghujani bumi untuk dapat menumbuhkan berbagai tanaman yang dimakan
banyak makhluk seisi bumi. Sebagai anugerah istimewa, Allah karuniakan
makanan yang secara langsung turun dari langit untuk sebuah umat pilihan
di semesta alam. Allah juga menghadirkan naungan awan kemuliaan yang
melindungi Bani Israel terhadap terik matahari maupun udara malam hari.
Perjanjian Abadi antara Allah dengan Bani Israel
Setelah
mengantarkan para pengikutnya menuju Gunung Sinai yang telah dijanjikan
sebagai tempat mengadakan Perjanjian antara Allah dengan Bani Israel;
Musa terlebih dahulu menghadap kepada Allah supaya mendapat perkenan
Allah. Kemudian Allah memerintahkan melalui Musa supaya Bani Israel
menguduskan diri serta membersihkan diri selama beberapa hari sebelum
hendak mengadakan perjanjian kepada Allah. Pada Hari Perjanjian,
terdapat segolongan orang yang masih meragukan kerasulan Musa; golongan
tersebut berkata: "Wahai Musa, kamu telah menunjukkan berbagai tindakan
luar biasa di hadapan kami dan kamu pun mengalahkan para ahli sihir
bahkan membungkam dan menaklukkan seisi Istana Fir'aun; akan tetapi
benarkah kamu diutus oleh Allah? bagaimana mungkin kami meyakinkan diri
terhadap hal itu? bahwa kami tak akan beriman kepadamu sebelum kami
benar-benar melihat Allah secara nyata."
Kemudian
Allah pun menghadirkan "KemuliaanNya" di atas Gunung Sinai seraya
menyampaikan Suara Ilahi diiringi gemuruh petir dan kilat menyambar;
Suara Ilahi tersebut berisi berbagai ikrar perintah kepada seluruh Bani
Israel. Allah bahkan mengangkat Gunung Sinai diatas kepala seluruh Bani
Israel supaya umat itu berikrar teguh untuk berpedoman terhadap segala
yang diperintahkan oleh Allah; dengan harapan Bani Israel senantiasa
mengingat segala perintah Allah sehingga mereka membuktikan diri sebagai
hamba-hamba yang hanya tunduk kepada Allah. Perjanjian Allah ini tidak
hanya berlaku kepada Bani Israel semata melainkan pula kepada seluruh
umat manusia yang bersedia berserah diri dan menjadi milik Allah.
Allah
juga menobatkan dua belas orang pemimpin dalam Bani Israel dan Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku menyertai kalian, sesungguhnya apabila
kalian mendirikan shalat dan kalian menunaikan zakat serta beriman
terhadap Utusan-UtusanKu dan kalian bantu mereka juga kalian pinjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik; sesungguhnya Aku akan menghapus
dosa-dosa kalian serta kelak Kuantarkan kalian ke dalam surga-surga yang
dibawahnya dialiri sungai-sungai, akan tetapi barangsiapa yang
mengingkari perkara ini sungguh orang itu telah menyimpang terhadap
Jalan Lurus."
Setelah
Perjanjian ini; terdapat sebagian orang dalam Bani Israel yang
memalingkan diri akibat orang-orang tersebut hanya memperhatikan petir
maupun kilat yang menyambar pada waktu Perjanjian lalu mereka hendak
melihat-lihat ke langit sehingga mengabaikan berbagai perintah Allah.
Akan tetapi Allah masih berbelas kasihan supaya orang-orang itu dapat
merubah diri dan bertaubat. Sementara itu, terdapat sebagian lain dari
Bani Israel merasa sangat gentar seraya bersegera menemui Musa; mereka
memohon Musa supaya Allah tidak lagi menyampaikan Suara Ilahi secara
langsung sebab Suara Ilahi dapat mengguncangkan nyawa hingga
meninggalkan tubuh orang tersebut. Permohonan ini dikabulkan sehingga
hanya Musa seorang yang dipanggil menemui Allah supaya Musa menerima
Al-Kitab berisi segala perintah maupun segala ketetapan yang hendak
diserahkan oleh Allah kepada Bani Israel.
Musa menghadap kepada Allah
Sebelum
pergi untuk menghadap kepada Allah, Musa berpesan kepada Harun,
saudaranya: "Gantikan kedudukan diriku dalam kaumku, dan perbaikilah,
serta jangan turuti perilaku orang-orang yang mengadakan kekacauan."
Musa harus melewati tingkat-tingkat langit sebelum menghadap kepada
Allah. Kemudian Allah telah berjanji kepada Musa setelah waktu tiga
puluh malam, bahwa Allah penuhkan jumlah malam itu dengan sepuluh hari,
maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Allah yakni empat puluh
malam.
Tatkala
Musa telah hadir untuk menghadap pada waktu yang telah ditetapkan dan
Allah berbincang-bincang secara langsung kepada dirinya, Musa berkata:
"Wahai Tuhanku, nampakkan DiriMu kepada diriku supaya aku dapat melihat
Engkau." Allah berfirman: "kamu takkan sanggup melihat Aku tetapi
pandanglah ke arah bukit itu, sekiranya ia tetap berada di tempatnya
niscaya kamu dapat melihat Aku." Tatkala Tuhannya menampakkan kepada
gunung itu, Dia jadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pingsan. Maka setelah Musa bangun tersadar, Musa berkata:
"Dipermuliakanlah Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku merupakan
orang yang bersegera beriman." Allah berfirman: "Wahai Musa, bahwa
Akulah yang memilih dirimu dibanding seluruh manusia yang lain supaya
kamu menerima risalahKu dan supaya kamu berbicara secara langsung dengan
Aku, sebab itu berpedomanlah terhadap yang Aku serahkan kepada dirimu
dan hendaklah kamu termasuk golongan yang bersyukur." dan telah Allah
tuliskan untuk Musa pada loh-loh batu yang berisi tentang pelajaran
serta penjelasan segala sesuatu.
Allah
berfirman: "Berpedomanlah kepada Kitab itu secara teguh dan suruhlah
pula kaummu berpedoman sebaik mungkin kepada Kitab itu, kelak akan Aku
antarkan dirimu menuju negeri-negeri kaum yang fasik. Aku akan
memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa
alasan yang benar terhadap berbagai Bukti KekuasaanKu. Apabila
orang-orang itu mengetahui tiap-tiap ayatKu, orang-orang itu tidak
beriman terhadapnya; dan sewaktu orang-orang itu mendapati jalan yang
membawa kepada petunjuk; orang-orang itu tidak mau menempuhnya.
Sebaliknya sewaktu mereka melihat jalan kesesatan, justru mereka terus
menempuhnya, yang demikian disebabkan orang-orang itu mendustakan
ayat-ayat Allah dan orang-orang itu selalu melalaikan diri terhadap hal
tersebut. Maka ketahuilah bahwa orang-orang yang menolak ayat-ayat Allah
serta mendustakan tentang menemui Akhirat, akan tidak berguna segala
perbuatan mereka, orang-orang itu tidak diberi balasan selain yang telah
mereka kerjakan." maka Allah telah mengutus Musa dengan membawa
ayat-ayatNya: "Bebaskan kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang
benderang dan ingatkan mereka tentang Hari-Hari Allah." sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat berbagai Bukti bagi setiap orang yang
bersabar dan yang banyak bersyukur.
Allah
menyerahkan kepada Musa, Al-Kitab berisi penjelasan yang memisahkan
kebenaran dan kesalahan; supaya umat Milik Allah harus mengerti
kebenaran maupun kesalahan menurut Allah sehingga umat itu tidak
memutuskan perkara berdasarkan sekehendak mereka sendiri melainkan
berdasar apa yang dikehendaki Allah; sebagaimana Allah yang bersedia
mengistimewakan Bani Israel sebagai umatNya dibanding segala bangsa lain
di bumi bahkan dibanding semesta alam, demikian pula Bani Israel harus
mengistimewakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan satu-satunya
Penguasa mereka, serta Bani Israel harus mengutamakan Allah dibanding
apapun, agar Bani Israel mengikuti teladan Ibrahim yang benar-benar
beriman dan benar-benar bersedia mengorbankan apapun sehingga umat ini
layak bergelar sebagai golongan pewaris berkat Ibrahim. Al-Kitab ini
juga disebut sebagai "Kitab Musa" yang Allah jadikan sebagai Bimbingan
untuk seluruh umat manusia yang berakal.
Bani Israel setelah Kepergian Musa
Sewaktu
Musa telah berangkat untuk menghadap kepada Allah, Bani Israel masih
percaya bahwa Musa akan kembali kepada mereka sebagaimana terdapat dua
tokoh terhormat di tengah-tengah mereka, Hur dan Harun, yang keduanya
memerintahkan Bani Israel bersabar terhadap Ketetapan Allah. Akan tetapi
kesabaran mereka mulai goyah sewaktu mendapati Musa tidak kunjung
kembali. Oleh karena terdapat beberapa golongan yang mengabaikan
perintah-perintah Allah sewaktu Perjanjian; maka golongan-golongan itu
menuntut kepada Hur supaya menghadirkan Allah kembali, golongan itu
berucap: "Bukankah Musa telah memimpin kami semua meninggalkan negeri
Mesir lalu sekarang ia pergi entah kemana, dan kalian berdua menasehati
kami supaya kami bersabar, maka haruskah kami berdiam diri saja selama
ini? adakan sebuah dewa untuk kami supaya kami ibadahi." Hur menjawab
kepada golongan itu: "Tidakkah kalian mendengar Suara Ilahi dan tidakkah
memperhatikan perintah-perintah Allah?" golongan itu mengatakan: "Pada
waktu itu kami memang mendengar Suara Ilahi, akan tetapi kalbu kami
sulit menerima semua perintah itu sebelum kami menyaksikan wujud Allah
yang memerintahkan perintah-perintah itu maka buatkan patung dewa untuk
kami!" Hur menjawab: "Apakah kalian hendak mengingkari ikrar perintah
bahwa tiada yang serupa dengan Allah, baik yang di langit maupun yang di
bumi? atau apakah kalian tuli atau apakah kalbu kalian telah rusak?
jika tidak, lalu mengapakah kalian tidak mau memahami?" orang-orang itu
pun murka dan membunuh Hur; kemudian orang-orang itu menghadap seraya
mengancam Harun: "Buatkan sebuah dewa supaya kami sembah atau kamu akan
bernasib seperti orang ini!"dalam keadan semacam ini, Harun terpaksa
mengalah oleh karena ia tidak hanya mengkhawatirkan keselamatan dirinya
sendiri melainkan pula mengkhawatirkan betapa besar dosa yang akan
ditanggung Bani Israel apabila dirinya benar-benar turut dibunuh oleh
mereka. Harun juga khawatir apabila ia tidak segera mengambil keputusan
maka Bani Israel akan saling berperang atau bahkan saling membunuh
karena berada dalam keadaan berpecah belah.
Harun
mendirikan sebuah tempat pembakaran dan memerintahkan mereka melempar
banyak perhiasan emas ke perapian itu; tatkala perapian itu memunculkan
patung anak sapi emas bersuara; Samiri berteriak: "Inilah yang dahulu
disembah Musa, Inilah yang menebus kita dari negeri Mesir sebab ia hadir
kembali kepada kita berupa wujud anak sapi ini, serta inilah yang
hendak disampaikan Musa, tetapi Musa lupa mengatakan hal ini." Kemudian
banyak orang dari Bani Israel yang turut mengadakan upacara penyembahan
patung anak sapi itu; orang-orang itu bernyanyi dengan suara lantang
serta menari-nari sambil menyebut-nyebut anak sapi itu sebagai Tuhan.
Seketika Harun berkata kepada mereka: "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian
hanya diuji melalui anak sapi itu dan sesungguhnya Tuhanmu adalah Yang
Maha Pengasih, maka turutilah aku dan taatilah perintahku" mereka
menjawab: "Hanya Musa yang pantas menyampaikan perintah maupun larangan
kepada kami; maka kami akan tetap menyembah patung anak sapi ini, hingga
Musa kembali kepada kami."
Terdapat
orang-orang dari setiap suku Bani Israel yang mengikuti penyembahan
patung anak sapi; terkecuali suku Lawwy, sebab kesemua orang di suku
Lawwy tetap setia kepada Allah dan tidak terlibat dalam penyembahan
berhala. Mereka menahan kegeraman dalam hati dan mengatakan: "Apakah
Allah sendiri yang menyatakan bahwa Dia akan menjelma sebagai patung?
ataukah perkara itu berasal dari orang sangat bodoh yang menyatakan
ucapan keji terhadap Allah!, sekiranya Allah menghendaki, pasti akan
kami bunuh semua penyembah berhala itu. kiranya murka Allah dihadirkan
melalui tangan-tangan kami; sebab lebih baik seluruh penyembah berhala
itu mati daripada seluruh umat Allah dilenyapkan akibat kebodohan
mereka."
Tatkala
Musa pulang dari Gunung Sinai sambil membawa loh-loh batu setelah
menghadap kepada Allah, ia mendengar sorak-sorai yang riuh dari
kejauhan; Musa memahami bahwa ada perkara besar yang sedang terjadi di
tengah-tengah Bani Israel. Musa sangat geram dan berduka cita ketika ia
sampai kepada kaum ini, oleh sebab ada orang-orang dari Bani Israel yang
sujud menyembah dan memuja-muja patung anak sapi. Musa membanting
loh-loh batu yang ia telah bawa sebab Musa memahami bahwa Allah akan
seketika menimpakan Hukuman pedih ke tengah-tengah Bani Israel apabila
Musa menyampaikan loh yang berisi larangan penyembahan berhala sedangkan
orang-orang itu sedang menyembah berhala. Lalu Musa menemui Harun yang
telah diserahi kedudukan pemimpin Bani Israel untuk meminta
pertanggungjawaban namun Harun menyatakan bahwa ia terpaksa membiarkan
mereka akibat mereka berani mengancam untuk membunuh orang yang
menghalangi kemauan mereka. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah diriku
beserta saudaraku dan masukkan kami ke dalam rahmatMu, dan Engkaulah
Yang Maha Penyayang di antara segala penyayang. Musa berkata kepada
Samiri: "Apakah yang mendasari tindakanmu wahai Samiri?" Samiri
menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui maka aku
ambil segenggam dari peninggalan rasul lalu aku melemparkan itu, dan
demikianlah kecenderungan diri membujuk diriku." lalu Musa mengusir
Samiri dan memberitahukan hukuman Allah kepada Samiri, dan Musa membakar
patung anak sapi itu yang tetap disembah Samiri; kemudian Musa
menghamburkan abu patung itu ke lautan. Musa menyatakan: "Bahwasanya
Tuhan hanyalah Allah, tiada Tuhan selain Dia, IlmuNya meliputi segala
sesuatu."
Musa
berkata kepada orang-orang dari Bani Israel yang menyembah berhala:
"Wahai kaumku, bukankah Tuhan kalian telah mengadakan sebuah perjanjian
yang berkenan untuk kalian? maka apakah hal itu tampak mustahil bagi
kalian atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan kalian menimpa
diri kalian, sehingga kalian berani melanggar ikrar kalian dengan aku
bahwa kalian setia menghamba kepada Allah saja dalam keadaan apapun?"
Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah
sewenang-wenang terhadap diri kalian sendiri karena kalian telah
beribadah kepada anak sapi itu, maka bertobatlah kepada Tuhan yang telah
menjadikan kalian dan bunuhlah diri kalian; hal tersebut adalah lebih
baik untuk kalian menurut Tuhan yang menciptakan diri kalian supaya
Allah menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengasihani,
Maha Penyayang." lalu sebagian dari kaum itu merasa sangat menyesal
seraya meratapi tindakan ini dan memahami bahwa diri mereka telah sesat
kemudian berkata: "Sekiranya Tuhan kami tidak memberi anugerah kepada
kami dan tidak mengampuni diri kami, pastilah kami termasuk golongan
yang dibinasakan." Akan tetapi masih terdapat sebagian orang yang
berpaling melalaikan diri seraya enggan bertobat dari tindakan
penyembahan patung berhala. Kemudian Musa memanggil siapapun yang
bersedia membela Allah; maka seluruh orang dari suku Lawwy hadir kepada
Musa. Kemudian Musa memerintahkan suku itu untuk menimpakan kemurkaan
Allah, yakni dengan memburu dan membunuh orang-orang yang masih berkeras
menyatakan sebagai penyembah patung anak sapi, sebab penyembahan ini
merupakan tindakan keji yang setara dengan melecehkan kehormatan Allah
akibat orang-orang itu mempersamakan KemuliaanNya dengan sebuah patung.
Ketika
menyadari Murka Allah akibat kejadian ini, Musa memilih tujuh puluh
orang saleh dari Bani Israel untuk memohonkan pengampunan Allah pada
waktu yang telah ditentukan. Tatkala sebuah gempa bumi mengguncang
mereka, Musa berkata: "Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau kehendaki,
tentulah Engkau binasakan mereka beserta diriku sebelum ini. Apakah
Engkau melenyapkan kami semua lantaran tindakan orang-orang bodoh di
tengah-tengah kami? kejadian ini hanyalah ujian dari Engkau, supaya
Engkau liarkan yang Engkau kehendaki melalui ujian ini serta supaya
Engkau berikan petunjuk kepada siapa yang Engkau perkenan. Engkaulah
Yang memimpin kami, kiranya ampunilah kami serta kasihanilah kami dan
Engkaulah Pemberi ampun Terbaik dan tetapkan untuk kami anugerah di
dunia maupun di Akhirat; sesungguhnya kami bertobat kepada Engkau."
Allah berfirman: "KegeramanKu akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku
kehendaki, dan KasihKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku sediakan
KasihKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan yang
beriman terhadap ayat-ayatKu."
Musa
juga memohon supaya awan "Kemuliaan Allah" senantiasa menaungi Bani
Israel dengan harapan umat Allah kembali percaya bahwa Allah benar-benar
telah mengampuni kesalahan UmatNya dan menerima pertaubatan UmatNya.
Namun sebagaimana Allah membenci segala jenis kekejian, terdapat risiko
yang sangat besar bahwa siapapun yang berbuat dosa keji di hadapan Allah
maka orang tersebut layak mendapat hukuman mati; sehingga kekejian
apapun yang dilakukan oleh banyak orang di Bani Israel pasti berakhir
dengan kematian banyak orang pula, yang berakibat tiada yang sampai ke
negeri yang diwariskan selain orang-orang yang berhati tulus di hadapan
Allah. Walaupun demikian, Musa tetap bersungguh-sungguh memohon supaya
Allah tetap menyertai Umat MilikNya supaya benar-benar nyata bahwa Kasih
dan Pengampunan yang dimiliki Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Pengampun sanggup melebihi segala dosa yang dimiliki umatNya.
Perjalanan dari Gunung Sinai dan Pengharaman negeri warisan
Dalam
perjalanan dari Gunung Sinai, Allah mengajari Bani Israel tentang
Al-Kitab, berisi perintah-perintah Allah serta larangan-larangan Allah,
yang meliputi berbagai perkara dalam kehidupan sehari-hari,
peraturan-peraturan pokok, peraturan hari-hari khusus, peraturan sunat,
penyucian rohani dalam ibadah, hukum pembersihan jasmani tentang
kenajisan dan ketahiran, hukum makanan halal maupun makanan haram, hukum
upacara persembahan, hukum penyisihan hasil ternak maupun hasil ladang,
dan banyak hukum lain dalam Al-Kitab. Selama perjalanan ini pula, Bani
Israel berjalan di bawah naungan awan kemuliaan Allah sehingga umat ini
hidup secara dekat di hadapan Allah, sebuah keistimewaan yang tidak
dimiliki umat-umat lain di muka bumi. Walaupun demikian, sifat
keduniawian membuat Bani Israel berkeluh kesah, terdapat orang-orang
dari Bani Israel yang berkata: "Wahai Musa, kami tidak betah dengan satu
jenis makanan saja; oleh sebab itu mohonkan kiranya untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan untuk kami segala yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang
merahnya." Musa berkata: "Maukah kalian mengambil barang duniawi sebagai
pengganti karunia yang terbaik? maka pergilah kalian ke suatu kota,
pasti kalian memperoleh apa yang kalian minta" lalu orang-orang itu
ditimpa kesengsaraan dan kehinaan. Tatkala banyak orang dalam Bani
Israel yang memohon jenis makanan lain, maka Allah karuniakan salwa
(burung puyuh) sebagai hidangan daging untuk umat ini. Musa pun beberapa
kali menjadi sasaran keluhan kaumnya hingga Musa berkata: "Wahai
kaumku, mengapa kamu menyakiti diriku, sedangkan kalian mengetahui bahwa
sesungguhnya aku adalah Utusan Allah kepada kalian?" ketika mereka
berpaling, Allah memalingkan kalbu mereka, dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang fasik.
Tatkala
Bani Israel sampai di perbatasan negeri warisan; Allah mewahyukan
melalui Musa supaya Bani Israel di generasinya senantiasa mengingat
kembali semua kelimpahan karunia Allah dan supaya Bani Israel bersyukur
terhadap semua anugerah Allah, serta supaya umat ini bersegera mematuhi
sebuah perintah Allah, yakni menduduki negeri yang telah Allah wariskan
untuk golongan pewaris Ibrahim. Namun mayoritas Bani Israel justru
enggan melaksanankan perintah itu. Diantara seluruh suku di Bani Israel,
hanya suku Lawwy yang sepenuhnya tidak mengeluh maupun tidak menyatakan
keengganan terhadap Kehendak Allah, serta terdapat dua laki-laki
bertakwa, Yusha dari suku Yusuf, dan Qolib dari suku Yahuda, bahkan
keduanya maju menasehati seraya memberi semangat agar Bani Israel maju
menyerbu gerbang kota kemudian menguasai negeri yang Allah wariskan
untuk umatNya; supaya terbukti Bani Israel menuruti Kehendak Allah.
Walaupun demikian, mayoritas Bani Israel menolak nasihat keduanya,
seraya menyatakan takkan mau menduduki negeri waris sebelum orang-orang
perkasa telah meninggalkan negeri tersebut dan menyatakan kalimat
keengganan kepada Musa: "Majulah kamu bersama Tuhanmu; dan berperanglah
sementara kami duduk menanti saja di sini." lalu Musa berdoa: "Wahai
Tuhanku, aku tidak dapat menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku;
sebab itu pisahkan antara kami dengan orang-orang fasik itu." Allah
mengabulkan permohonan ini dengan menyampaikan keistimewaan Musa dan
Harun sebagai golongan beriman yang meraih kesejahteraan.
Pengingkaran
melalui dalih tidak berani menghadapi para raksasa bangsa Kana’an,
menunjukkan mayoritas generasi ini melalaikan Keperkasaan Allah yang
telah menyelamatkan mereka terhadap pasukan Mesir. Allah merasa sangat
kecewa terhadap penentangan Bani Israel di generasi ini, oleh sebab
tujuan utama Allah membebaskan Bani Israel adalah supaya penindasan dan
kehidupan mereka yang pahit di negeri Mesir diganti dengan kehidupan
yang sangat lebih baik di "sebuah negeri yang diberkahi daripada semesta
alam," apabila mereka bersedia tunduk dan patuh kepada Kehendak Allah.
Akibat kengganan generasi ini melaksanakan janji yang Allah kehendaki,
Allah menjadikan negeri warisan itu terlarang bagi Bani Israel selama
empat puluh tahun; bahwa generasi tersebut harus tetap mengembara selama
itu pula, sebagai hukuman akibat kegagalan dalam kesetiaan mematuhi
Kehendak Allah, maupun dalam menggenapi Perjanjian waris para leluhur
mereka.
Pengembaraan Bani Israel dan Kisah Qarun
Selama
masa empat puluh tahun pengembaraan, Musa tetap menjadi perantara bagi
Bani Israel dalam menerima pengajaran dari Allah. Banyak anak yang
dilahirkan di tengah-tengah Bani Israel selama perjalanan; yang kelak
generasi inilah sebagai generasi Bani Israel yang menduduki negeri waris
menggantikan generasi bapak mereka. Walaupun demikian, Musa harus
menghadapi rintangan-rintangan dari para pengikutnya, salah satu
rintangan terbesar adalah perlawanan Qarun terhadap kedudukan Musa. Oleh
sebab memiliki harta kekayaan yang sangat berlimpah ruah; Qarun merasa
dirinya berhak untuk segala kedudukan termasuk kedudukan Musa. Beberapa
orang bijak di Bani Israel memperingatkan Qarun supaya tidak
membangga-banggakan diri melainkan merendah diri. Namun Qarun tetap
menyombongkan diri seraya menyatakan: "Siapakah yang lebih kaya daripada
aku dalam umat ini. Oleh karena ilmuku yang hebat, aku telah memperoleh
semua itu, bahkan akulah yang memiliki kekayaan berlimpah dan ilmu yang
tidak dimiliki Musa; bahwa Allah berkenan terhadap diriku. Sekiranya
akulah yang paling berilmu serta yang paling kaya raya di atas permukaan
bumi ini, bukankah aku lebih berhak menjadi pemimpin umat ini
dibandingkan Musa?" terdapat banyak orang di Bani Israel yang merasa iri
seraya mengidam-idamkan kekayaan duniawi Qarun, namun terdapat pula
orang-orang yang menyadarkan tentang keutamaan anugerah Allah dibanding
kekayaan duniawi.
Tatkala
Hukuman Allah menimpa Qarun akibat menyombongkan diri sebagai yang
terkaya di muka bumi dan berani merendahkan kedudukan istimewa Musa,
yakni seorang Utusan Allah, maka Allah benamkan Qarun beserta rumahnya
ke dalam tanah. Setelah hukuman ini terjadi, banyak orang yang berbalik
menyesal pernah mendambakan kekayaan Qarun; mereka menyadari bahwa
kekayaan duniawi tidak menjamin bahwa Allah berkenan terhadap manusia
tersebut; melainkan kekayaan dapat menjadi cobaan dan ujian yang
menjerumuskan manusia itu sendiri. Kisah Qarun menyerupai kaum Fir'aun
yang kaya raya namun mereka ditimpa hukuman pedih karena harta kekayaan
duniawi telah membutakan kedudukan manusia pada diri mereka; sehingga
sekehendak hati menyombongkan diri terhadap perintah-perintah Allah.
Pewarisan kepemimpinan Bani Israel kepada Yusha
Sewaktu
masa pengembaraan mendekati empat puluh tahun; hampir seluruh generasi
Bani Israel yang terlahir di Mesir telah mati; kecuali Yusha, Qolib dan
sebagian besar orang di suku Lawwy. Musa pun harus ditinggalkan dua
saudaranya, Harun dan Miryam, ketika pengembaraan ini hendak berakhir.
Ketika Musa memohon kepada Allah supaya diizinkan mencapai negeri yang
diberkahi, Allah berfirman bahwa Yusha, seorang dari keturunan Yusuf,
merupakan orang yang ditakdirkan sebagai pemimpin Bani Israel untuk
menduduki negeri warisan serta Allah memperingatkan Musa supaya taat
terhadap Ketetapan Allah. Maka Musa memberi berbagai pesan wasiat kepada
Bani Israel serta menyampaikan berbagai berkat kepada Bani Israel
sebelum meninggalkan mereka. Musa juga mewariskan tugas kepemimpinan
kepada Yusha, seorang keturunan Yusuf. Walaupun sempat memohon supaya
diizinkan mencapai negeri warisan; pada akhirnya Musa menyadari
Ketetapan Allah; sebagaimana Yusuf yang telah mengajak seluruh keluarga
Ya'qub meninggalkan tanah air mereka supaya mendapat keselamatan dari
Allah, demikian pula seorang keturunan Yusuf yang akan mengajak umat
keturunan Ya'qub berpulang mencapai negeri yang Allah berkahi melebihi
semesta alam.
Gelar dan Peninggalan
Allah
memberi beberapa gelar kepada Musa, salah satunya sebagai "manusia
pilihan Allah," sebab Allah telah melebihkan kedudukan risalah nabi Musa
dibanding seluruh umat manusia lain:
قَالَ يَا مُوسَىٰ إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالَاتِي وَبِكَلَامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ
Allah
berfirman: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih kamu dibanding manusia
yang lain untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung
dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan
kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur".— Al-A'raf 7:144
Nabi
Musa juga diizinkan untuk berbicara secara langsung kepada Allah
sehingga digelari "Kalimullah" serta dijuluki sebagai "manusia yang
berkedudukan terhormat di sisi Allah." Kitab Musa merupakan salah satu
peninggalan utama, yakni sebuah kitab suci yang ditulis sendiri oleh
nabi Musa. Sebagian besar isi Kitab Taurat dianggap bersumber dari Kitab
Musa yang murni dan utuh. Allah juga memberi pertanda keselamatan untuk
Bani Israel melalui benda peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun,
yakni "Tabut" yang dibawa oleh malaikat, pada waktu Bani Israel
menghendaki seorang raja di tengah-tengah mereka. Allah menjadikan
riwayat nabi Musa sebagai pelajaran untuk umat manusia, serta Allah
menganjurkan supaya mengisahkan riwayat hidup nabi Musa:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوسَىٰ ۚ إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا
Dan
ceritakanlah riwayat Musa di dalam Al-Kitab. Sesungguhnya ia merupakan
seorang yang terpilih dan seorang rasul dan nabi.— Maryam 19:51
Musa dan Para Nabi
Musa
merupakan salah seorang nabi yang memiliki berbagai kesamaan dengan
beberapa nabi terdahulu semisal nabi Nuh, nabi Ibrahim dan nabi Ya'qub;
serta nabi Muhammad. Diantara para nabi tersebut, kaitan nabi Musa
dengan nabi Ibrahim adalah salah satu yang cukup erat. Sebagaimana
keluarga nabi Ibrahim merasa cemas sewaktu mendengar perintah keji
tentang pembunuhan anak laki-laki, demikian pula yang dirasakan keluarga
nabi Musa. Sebagaimana Ibunda nabi Ibrahim harus berlindung dan
bersembunyi di sebuah gua untuk menyelamatkan putranya, demikian pula
yang dilakukan oleh Yukhabad, ibunda nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim
merupakan anak ketiga dalam keluarganya, demikian pula nabi Musa.
Sebagaimana nabi Ibrahim memiliki kecerdasan luar biasa sewaktu masih
muda, demikian pula nabi Musa. Sebagaimana nabi Ibrahim harus menghadapi
seisi kerajaan Babilonia dan mengalahkan mereka; demikian pula nabi
Musa menghadapi seisi kerajaan Mesir. Sebagaimana Namrudz harus mendapat
hukuman pedih akibat mendustakan dan menyombongkan diri terhadap nabi
Ibrahim, demikian halnya Fir'aun harus mendapat azab dunia dan azab
akhirat akibat mendustakan dan menyombongkan diri terhadap nabi Musa.
Sebagaimana nabi Ibrahim beserta para pengikutnya meninggalkan negeri
Mesir dengan membawa banyak hadiah, demikian pula nabi Musa beserta para
pengikutnya. Sebagaimana nabi Ibrahim menunjukkan mu'jizat Allah di
hadapan Namrudz demikian halnya nabi Musa kepada Fir'aun ketika datang
di istana Mesir. Sebagaimana Allah memberi gelar langka kepada nabi
Ibrahim sebagai "Kesayangan Allah" (Khalilullah) demikian halnya Allah
menggelari nabi Musa dengan julukan "manusia yang berbincang-bincang
dengan Allah" (Kalimullah). Dalam Al-Qur'an, keduanya pula disebut
memiliki ajaran yang sama berupa shuhuf-shuhuf terpilih, yakni Shuhuf
Ibrahim dan Shuhuf Musa.
Nabi
Ya'qub sebagai pendahulu nabi Musa juga memiliki berbagai kesamaan.
Sebagaimana nabi Ya'qub harus meninggalkan negeri kelahirannya sewaktu
berlindung terhadap Ishau, demikian pula nabi Musa sewaktu berlindung
terhadap orang-orang Mesir. Sebagaimana Allah menyertai nabi Ya'qub saat
pergi seorang diri ke negeri Haran demikian pula nabi Musa ketika ke
negeri Madyan. Sebagaimana nabi Ya'qub bertemu dengan jodohnya, Rahil,
saat pertama kali tiba di negeri Haran demikian pula nabi Musa ketika
pertama kali sampai di negeri Madyan. Sebagaimana nabi Ya'qub harus
bekerja selama bertahun-tahun untuk mendapat Rahil, demikian pula nabi
Musa untuk mendapat Zipporah. Sebagaimana nabi Ya'qub memimpin
keluarganya dari negeri Haran menuju Palestina, negeri asalnya; demikian
pula nabi Musa memimpin keturunan keluarga Ya'qub dari negeri Mesir
menuju Palestina. Sebagaimana nabi Ya'qub digelisahkan terhadap tindakan
putra-putranya; demikian halnya nabi Musa digelisahkan kaum keturunan
Ya'qub; Bani Israel pada generasinya. Sebagaimana nabi Ya'qub mengagumi
dan mengetahui keistimewaan pada diri nabi Yusuf demikian pula nabi Musa
yang mengagumi dan menghargai keistimewaan jasad nabi Yusuf. Nabi
Ya'qub menyampaikan wasiat berkat kepada putra-putra Israel, wasiat yang
juga dilakukan nabi Musa kepada Bani Israel.
Nabi
Nuh adalah tokoh lain yang memiliki perbandingan dengan nabi Musa;
keduanya mengalami perjuangan mendakwahi umat yang jahat, yakni kaum Nuh
ataupun kaum Fir'aun; sebab kedua nabi ini mendapati berbagai
penentangan dan berbagai penolakan selama berdakwah. Nabi Nuh diremehkan
oleh para pemuka kafir dalam kaumnya sebagaimana nabi Musa diremehkan
oleh kaum pemuka Fir'aun. Allah memerintahkan nabi Nuh untuk
menyelamatkan segala makhluk yang akan mewarisi bumi sebagaimana Allah
memerintahkan nabi Musa menyelamatkan Bani Israel, umat manusia yang
akan mewarisi bumi. Allah menghukum dan menenggelamkan para musuh nabi
Nuh melalui perairan bah sebagaimana Allah menenggelamkan para musuh
nabi Musa di perairan Laut Merah. Nabi Nuh berdoa untuk pengampunan
terhadap keluarganya beserta orang-orang beriman supaya diselamatkan
menghadapi azab pedih, demikian pula nabi Musa memohonkan pengampunan
kepada Allah supaya Bani Israel diselamatkan terhadap azab
pedih; kemudian Allah menyelamatkan segala pengikut nabi Nuh sebagaimana
Allah menyelamatkan para pengikut nabi Musa. Nabi Musa juga memiliki
beberapa kesamaan dengan nabi Muhammad, selain menerima kitab suci yang
diperuntukkan kepada seluruh umat manusia, kedua nabi ini juga pernah
menghadap kepada Allah untuk secara langsung menerima risalah Allah.
Maskapainya Lengkap Gambar Untuk Cari Tiket
Klik .. untuk Download Apps Booking Tiket Pesawat,Kerata Api,Kapal, dll. ..Gratis..!
Klik .. untuk Download Apps Booking Tiket Pesawat,Kerata Api,Kapal, dll. ..Gratis..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar